Dampak Negatif Anak Senang Mengejek

By Ipoel , Senin, 30 Juni 2014 | 05:14 WIB
Dampak Negatif Anak Senang Mengejek (Ipoel )

TabloidNakita.com -  Perilaku senang mengejek tidak hanya berdampak negatif bagi si pengejek, tapi juga korban yang diejek.Berikut dampak negatif anak senang mengejek:

1.  DAMPAK NEGATIF BAGI SI PENGEJEK:

Dampak negatif anak senang mengejek akan dialami si pengejek. Senang mengejek akan jadi kebiasaan dan terbawa sampai ke lingkungan luar rumah. Lebih celaka jika ternyata di luar, si anak termasuk disegani teman-temannya. Ia bisa dengan seenaknya mengejek teman-temannya. Memang tak semua anak yang jadi korban ejekan akan marah/ tersinggung, tergantung dari kepribadian masing-masing anak. Kalau memang ia cuek, tak membalas dengan mencari kekurangan "lawan"nya, maka tak akan terjadi "perkelahian" gara-gara saling ejek.

Bisa terbawa sampai si anak dewasa. Tentu akan sulit mengubahnya bila anak baru dinasehati setelah ia besar, karena sudah jadi kebiasaan sehari-hari.

2. DAMPAK NEGATIF  BAGI YANG DIEJEK:

Dampak negatif anak senang mengejek  lainnya adalah bagi korban yang diejek. Anak yang sejak kecil selalu jadi bahan ejekan saudara-saudaranya, lama-kelamaan dalam dirinya akan terbentuk konsep diri yang negatif. Anak akan merasa tidak PD (percaya diri) bila berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat atau anak-anak lain, baik di sekolah maupun di antara teman-teman sepermainannya.

Apalagi bila yang jadi bahan ejekan adalah kelemahan fisik si anak. Misal, tubuhnya gemuk. Anak lama-lama akan minder dan tak bisa menerima keadaan dirinya. Apa pun usahanya untuk menguruskan tubuhnya, ia tetap merasa gemuk. Dampak negatif anak senang mengejek ini sungguh luar biasa.

Sama halnya bila ejekan tersebut ditujukan untuk menyerang kemampuan intelektualnya, seperti, anak sering diejek, "Bodoh, lu!" atau "Dasar anak tolol!" Lama-lama motivasi anak untuk belajar pun akan pupus. Anak jadi malas belajar, karena biarpun dia sudah berusaha sekuat tenaga tetap saja diejek bodoh atau tolol.

Terlebih kalau dalam diri si anak sudah terbentuk semacam labeling, misal, Si Gendut, Si Pincang, Si Bodoh atau sebagainya, sulit sekali bagi anak untuk melepaskan diri dari label-label tersebut. Anak merasa, di mana pun ia berada, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan permainannya, selalu diejek dengan kata-kata yang sama. Walaupun anak telah berusaha sekuat tenaga untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik, tetap saja hasilnya sama, yaitu selalu menjadi bahan ejekan.

Lebih parah lagi bila si anak termasuk sensitif. Ia semakin introvert atau menutup diri dari orang lain. Tapi bisa juga malah berdampak kebalikannya, ia jadi sangat agresif. Ia akan menyerang balik dengan cara mencari korban yang lebih lemah dari dirinya.

Mengingat banyak dampak negatif anak senang mengejek, alangkah bijak bila orangtua mengatasi perilaku senang mengejek ini dengan bijak.