Mengapa Anak Perlu Diajari Berpikir Kritis?

By Ipoel , Selasa, 8 Juli 2014 | 04:00 WIB
Mengapa Anak Perlu Diajari Berpikir Kritis? (Ipoel )

TabloidNakita.com - Mengapa anak perlu diajari berpikir kritis? Sebab, berpikir kritis dan kreatif merupakan salah satu ciri anak cerdas. Berpikir kritis merupakan saringan agar anak tidak sekadar menjadi follower (pengikut) tanpa mengetahui tujuan dan alasan melakukan sesuatu.

Pada dasarnya, jika anak memiliki rasa aman dalam berpendapat, berekspresi dan bereksplorasi, secara alamiah akan muncul pertanyaan kritis dalam benaknya. Dalam bahasa lain, supaya anak bisa berpikir kritis/kreatif orangtua harus menciptakan kondisi yang mendukung.

AGAR BERPIKIR KRITIS, CIPTAKAN RASA AMAN

Berpikir kritis membutuhkan pola asuh yang penuh penerimaan, tidak menakut-nakuti, tidak mengintimidasi, dan tidak menyakiti. Beri ruang kebebasan bagi anak untuk berpikir dan berpendapat. Pola asuh yang serbamembatasi akan membuat anak ragu dan tidak percaya diri untuk menjajal potensinya. Sebaliknya, rasa aman akan memunculkan kebebasan pendapat, keberanian berekspresi, dan kemampuan mengembangkan potensi-potensi kecerdasan pada dirinya.

UTAMAKAN PENJELASAN KALA MENERAPKAN ATURAN

Orangtua harus menjadi contoh sehingga anak menirunya bagaimana berpikir kritis. Dalam aktivitas sehari-hari selalu kemukakan alasan, seperti mengapa harus makan sayur setiap hari, mengapa menonton teve harus dibatasi. Orangtua yang terbiasa berpikir kritis akan berusaha memahami dan mengerti kebutuhan anak dengan menjadi pendengar dan fasilitator yang bijak. Selalu berikan penjelasan dan alasan atas apa yang diharapkan orangtua dari anak.

BERI ARAHAN YANG TEPAT

Anak yang berpikir kritis umumnya senang bertanya. Di usia yang masih kecil anak bertanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Semakin usianya bertambah orangtua bisa mengarahkan untuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang baik, pada orang dan waktu yang tepat. Jangan memaksa anak berpikir di luar kemampuannya. Anak yang merasa dipaksa akan cenderung pasif dan menghindar dari kegiatan berpikir, akibatnya anak cenderung bersikap negativistik.

MENERIMA PERBEDAAN PENDAPAT

Berpikir kritis berarti mempertanyakan alasan dan bukti suatu gagasan,  termasuk keberanian untuk mengritik pendapat diri sendiri. Orangtua harusnya berlaku demikian, sebelum mengharapkan sesuatu dari anak pastikan apakah alasan yang menyertainya cukup masuk akal. Biasakan untuk menerima perbedaan pendapat, karena perbedaan pendapat merupakan dasar berpikir kritis/kreatif.