TabloidNakita.com - Anak gemar berdebat itu sangat baik, baik untuk keterampilan bahasa maupun sosialnya. Meski begitu, terlalu banyak protes sehingga dijuluki si tukang protes, banyak ngeyel, dan enggak mau kalah juga ada dampak negatifnya. Apalagi bila orangtua tidak mengatasi anak yang senang protes ini.
- Keterampilan sosial yang kurang baik dan terhambatnya hubungan yang sehat dengan orang lain. Dikhawatirkan anak akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan persahabatan dengan teman. Mana ada teman yang tahan bila bertemu dengan sosok yang senang protes. Hal-hal kecil diributkan.
- Anak menjadi sulit untuk diberikan pengertian, menerima masukan, saran atau pendapat dari orang lain. Anak yang senang protes merasa dirinya yang paling benar.
- Adanya labelling sebagai anak yang penentang, ‘bawel’, dan tukang protes.
Apabila hal-hal tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya bimbingan dan arahan dari orangtua serta dianggap sebagai hal yang ”biasa” maka dikhawatirkan akan menyebabkan pengaruh yang kurang baik seperti yang telah dikemukakan diatas. Menurut Dr Martin Hagger, psikolog dari University of Nottingham dan Curtin University, mereka yang senang berdebat biasanya memiliki sifat pemarah, lebih cepat merespon sesuatu, rentan mengalami stres mental dan fisiologis sehingga berisiko mengalami tekanan darah tinggi. Mereka yang suka berdebat biasanya sering bermusuhan, dan memiliki perilaku agresif.Untuk itu, segera atasi sikap anak yang senang protes ini. Caranya, luruskan sikapnya, ada hal-hal yang perlu diperdebatkan, ada pula yang harus diterima tanpa perlu perdebatan panjang. Jelaskan, etika berdebat, hindari menggunakan intonasi tinggi, gunakan bahasa sopan, juga jelaskan sesuatu dengan argumentasi kuat. Anak juga harus sportif, bila ada pendapat yang lebih tepat atau benar, jangan ragu untuk mengikutinya.