Atasi Iri Hati Karena Belum Hamil

By Heni, Sabtu, 14 Juni 2014 | 13:00 WIB
Atasi Iri Hati Karena Belum Hamil (Heni)

Keinginan hamil yang tak terbendung ini kadang menimbulkan rasa iri dan sedih saat melihat teman, saudara, atau bahkan orang tak kita kenal sedang menggendong bayi mereka. Berikut cara mengatasi iri kerena belum hamil.TabloidNakita.com- Iri hati karena belum hamil adalah perasaan yang sangat menyakitkan. Bayangkan, beberapa orang berhasil hamil dalam waktu yang relatif cepat setelah berhubuhan seks, tetapi sebaliknya ada yang tak positif hamil padahal sudah menunggu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Banyak studi menyebutkan, manusia iri pada orang lain karena mereka merasa gagal meraih sesuatu yang diinginkan, yang ternyata berhasil dicapai orang lain. Biasanya, apabila seseorang merasa gagal, ia lantas menarik diri dari pertemuan dengan segala yang menjadi pemicu depresinya. Inilah yang sering dialami oleh calon ibu yang sedang menanti-nantikan buah hati.

 Akhirnya mereka menarik diri dari pertemuan-pertemuan sosial, baik dengan teman, keluarga, atau tetangga. Mereka tak ingin melihat ibu lain dan anaknya bercanda bersama atau tidak tahan dengan pertanyaan "kapan hamil". Alih-alih menyamankan, menarik diri justru menimbulkan penyakit dan membuat Anda makin masuk dalam lubang depresi. Untuk mengatasi masalah iri hati karena belum hamil, ikuti beberapa tip di bawah ini.

 1. Perbanyak pertemuan.Alih-alih lari dari masalah yang membuat sakit, terapi psikologis biasanya melibatkan orang langsung pada sumber ketakutannya. Contohnya, ketakutan yang sangat pada kuman malah diatasi dengan latihan memegang sesuatu yang kotor. Jika Anda takut terbang, terapis justru akan menyuruh Anda naik pesawat. Golnya tidak mudah dicapai dan untuk mencapainya tidak sebentar, karena dilakukan bertahap. Intinya, mengatasi iri hati karena belum hamil bukanlah dengan melarikan diri dari ketakutan itu dan membiarkannya, tapi masuk ke dalamnya dan menghadapinya.

Begitu pula caranya menghadapi rasa iri Anda pada ibu yang punya bayi. Datanglah ke pertemuan-pertemuan dengan teman-teman atau saudara-saudara yang sudah memiliki bayi atau anak kecil. Berperan aktiflah membantu mereka, misalnya berbelanja perlengkapan bayi bersama sepupu yang baru melahirkan, membantu teman yang masih belajar memandikan bayinya, mendekorasi upacara selamatan bayi, dan lain-lain. Setiap kali rasa sakit hati dan iri itu muncul, katakan pada diri Anda bahwa perasaan ini wajar. Jangan merasa bersalah dan berpikir Anda jahat. Fokus dalam terapi ini adalah menjadikan Anda selalu aktif dan berlatih mengendalikan perasaan iri dan sakit hati pada orang lain. Jadi, jika suatu hari rasa ini muncul kembali, jangan ragu untuk menemui sahabat dan kerabat yang sudah punya anak  dan masuklah dalam suasana kebahagiaan mereka.

 2. Menunggu itu wajar.Beberapa studi menyatakan, rata-rata pasangan butuh sekitar empat sampai enam bulan untuk berhasil hamil. Artinya ada banyak pasangan lain yang butuh waktu lebih lama, bukan? Bila Anda berpikir semua orang di sekitar Anda gampang hamil, ingatlah bahwa mungkin mereka juga harus melalui usaha yang keras.

 3. Cari dukungan.Bicarakan masalah Anda dengan keluarga, teman, atau mungkin komunitas online yang membahas tentang kehamilan. Membagi rasa frustrasi dengan orang lain yang mengerti betul keadaan Anda akan sangat membantu. Usahakan untuk tidak terus-menerus menumpahkan keluhan dan rasa frustrasi Anda pada pasangan. Hal itu akan membuatnya semakin merasa bersalah. Jika perasaan iri karena belum hamil muncul, katakan pada diri sendiri bahwa suatu hari Anda pun akan menimang bayi. Dan bila saat itu datang, rasa bahagia Anda akan berlipat ganda karena sang anak datang melalui penantian yang panjang.

 4. Lakukan aksi.Disamping berlatih mengendalikan hati, tentunya Anda dan pasangan harus terus berusaha mengupayakan konsepsi. Bagaimanapun, penantian tanpa usaha akan sia-sia. Bila sebelumnya Anda pernah keguguran, itu artinya Anda dan pasangan sebenarnya mampu melakukan pembuahan. Agar keguguran tidak terulang lagi atau minimal diperkecil kemungkinannya, konsultasikan kondisi Anda dan pasangan dengan dokter. Dokter mungkin akan memberi Anda terapi, obat, atau mungkin menyuruh Anda mengubah gaya hidup dan pola makan. Jika memiliki dana lebih, mungkin Anda bisa mencoba program bayi tabung.

Deasy Christina Siallagan