Kontrol Pertama Kehamilan, Sebaiknya Pilih ke Bidan atau Dokter?

By Faras, Rabu, 27 September 2017 | 00:00 WIB
Kontrol Pertama Ibu Hamil, pilih Bidan apa Dokter? (Faras)

Nakita.id - Bingung kontrol pertama ibu hamil mau pilih bidan atau dokter? Berikut panduannya. KONTROL PERTAMA IBU HAMIL KE BIDAN HANYA UNTUK KEHAMILAN NORMAL Tak usah bingung kontrol pertama ibu hamil pilih bidan atau dokter ahli kebidanan dan kandungan, sama-sama memiliki kewenangan untuk memberikan keterangan yang berkaitan dengan kehamilan maupun melakukan pemeriksaan kehamilan sampai membantu proses persalinan.

(Baca juga : Ini Kondisi Kehamilan yang Memerlukan Induksi Saat Melahirkan) Hanya saja, bidan cuma boleh menangani kehamilan normal dan persalinan secara normal.

Jadi, selama kehamilan Ibu tidak berisiko dan persalinannya pun normal, Ibu boleh periksa dan bersalin dengan bantuan bidan. DARI BIDAN PINDAH KE DOKTER Akan tetapi, mengingat pada kehamilan normal juga bisa terjadi “masalah” saat persalinan, semisal janin tidak masuk ke jalan lahir atau mulut rahim tak membuka sehingga mesti dilakukan operasi sesar, maka untuk lebih aman sebaiknya memang sejak dini ditangani oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan.

(Baca juga : Penting! Ini Kondisi Kesehatan Bayi Tabung Usai Dilahirkan)

Atau, bisa juga pada trimester pertama dan kedua, Ibu melakukan kontrol rutin kehamilan pada bidan.

Namun mulai trimester ketiga atau menjelang persalinan, harus sudah dirujuk ke dokter ahli kebidanan dan kandungan sehingga dokterlah yang menangani persalinannya. TIP PILIH BIDAN ATAU DOKTER

Ada 3 hal yang penting diperhatikan saat pilih bidan atau dokter karena terkait dengan faktor profesionalisme si bidan/dokter ahli kebidanan dan kandungan, yaitu:

(Baca juga : Tes Kesehatan Prakehamilan, Pentingkah) 1.Terbuka, dalam arti mau memberikan informasi yang dibutuhkan pasien, baik diminta ataupun tidak. Juga mampu menjelaskannya dengan baik dan benar, serta tak ada yang ditutup-tutupi. 2.Bersedia mendengarkan keluhan pasien dan menanggapinya, sehingga komunikasi yang terjalin tak berlangsung satu arah/sepihak saja.  3.Punya waktu cukup untuk pasien, sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap dan bisa mendengarkan keluhan pasiennya.