Apa itu Sindrom ACA?

By Faras, Senin, 6 April 2015 | 22:00 WIB
Apa itu Sindrom ACA? (Faras)

ACA atau Anticardiolipin merupakan kelainan pengentalan darah. Ibu hamil yang memiliki riwayat ginekologis buruk semisal keguguran berulang, janin mati, dan preeklampsia semasa kehamilan terdahulu, lebih berisiko terkena APS. Begitu juga wanita tak hamil dan pria yang mengidap penyakit "kerabat" pembuluh darah semisal jantung dan stroke. Bila dicurigai terkena APS, ibu hamil dianjurkan menjalani tes ACA.Gejala:    ACA atau sering disebut juga APS (antifosfolipid) tidak menunjukkan gejala spesifik. Pada ibu hamil, gejalanya mirip dengan yang biasa dialami ibu hamil, seperti cepat lelah, mengantuk, sering pusing, dan sulit konsentrasi. Gejala-gejala tersebut akan terus berlangsung sepanjang kehamilan, beda dengan kehamilan biasa yang kembali normal setelah 4 bulan.Penanganan:    Selain ke dokter ahli kebidanan/kandungan yang akan memantau perkembangan janin, ibu juga harus memeriksakan diri secara teratur ke dokter ahli penyakit dalam untuk memantau kondisi darahnya. Ibu akan dirujuk ke dokter ahli lain semisal jantung bila ada gangguan jantung atau jika ada keluhan mata dirujuk ke ahli mata untuk meminimalkan risiko kebutaan.    Dari pemeriksaan laboratorium internis akan diketahui kadar kekentalan darah, sekaligus ditentukan terapi pengobatannya. Bila kadarnya masih dalam batas "aman", pengobatan cukup berupa tablet sejenis aspirin. Pada pemeriksaan berikutnya, internis akan menilai respons pengobatan berdasar hasil laboratorium terbaru.     Bila kekentalannyadarah  tetap atau bahkan meningkat, pemberian obat akan dibarengi suntikan heparin atau fraksiparin yang harus dilakukan setiap hari. Ibu hamil diimbau untuk berani melakukannya sendiri atau setidaknya dilakukan oleh suami, agar tak terlalu tergantung pada dokter. Suntikan ini relatif aman karena terbukti tak menembus barier plasenta, hingga tak ada kemungkinan terserap janin ataupun mengganggu pertumbuhannya.    Selain itu, ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan yang tak mengandung pengawet dan penyedap, guna meminimalkan benda-benda asing yang masuk ke tubuh; minum banyak air putih ( minimal 2 liter sehari); tidur minimal 8 jam sehari, cukup istirahat, dan menurunkan tingkat stres.Dampak:    Janin akan gugur pada masa embrio atau sebelum mencapai usia 8 minggu karena suplai darah ibu yang membawa nutrisi dan oksigen lewat plasenta tak lancar. Jikapun mampu bertahan, umumnya lahir prematur atau setidaknya BBLR akibat tak tercukupinya kebutuhan nutrisi dan oksigen. Ataubahkan meninggal di kandungan atau begitu lahir.    Bagi si ibu, bisa terjadi gangguan pembekuan darah di pembuluh darah arteri dan vena, hingga terancam beberapa keluhan mematikan seperti jantung, preeklampsia, dan stroke bila pembekuan darah terjadi di otak. Atau gangguan penglihatan mata yang bisa mengakibatkan kebutaan bila menyerang pembuluh-pembuluh darah di daerah mata.