Stres Dapat Ganggu Kehamilan

By Ipoel , Jumat, 20 September 2013 | 09:00 WIB
Stres Dapat Ganggu Kehamilan (Ipoel )

Ibu hamil sebaiknya tak hanya memerhatikan kesehatan fisik, kesehatan psikis pun sama pentingnya. Pasalnya, kondisi psikis yang kurang baik akan memengaruhi kesehatan fisik. Jika keduanya dalam kondisi tak sehat, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Stres bisa memicu terjadinya perdarahan yang berpengaruh terhadap suplai oksigen ke janin. Jika suplai oksigen berkurang, bisa memicu terjadinya kelainan pertumbuhan janin.

Setiap orang sebenarnya mengalami stres namun kadarnya ada yang ringan dan berat. Kadar yang berat biasanya akan memengaruhi kondisi kejiwaan ibu sehingga menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun. Jika daya tahan tubuh menurun, dikhawatirkan membuat ibu mudah terserang penyakit.

Penyebab stres pada ibu hamil umumnya ialah kondisi kehamilan itu sendiri, seperti mual-muntah yang terlalu berat, morning sickness, khawatir penampilannya berubah menjadi lebih jelek, dan lainnya. Tetapi ada pula yang disebabkan dari luar semisal beban pekerjaan yang terasa sangat berat saat hamil sebagaimana yang dialami Nindya.

Sebuah penelitian mengungkapkan, 10% wanita hamil berpotensi mengalami stres, dari yang ringan hingga berat. Yang ringan biasanya dapat diatasi sendiri dengan melakukan hal-hal menyenangkan. Tetapi jika yang ringan-ringan ini diremehkan kemudian berkumpul menjadi berat, penanganannya perlu konsultasi ke ahli.

 

JANIN IKUT STRES

Ada pepatah, mencegah lebih baik dari mengobati. Sebenarnya tak hanya ibu hamil, setiap orang dianjurkan menghindari stres berat atau sedang yang berkepanjangan, karena hal ini bisa berdampak negatif bagi kesehatan. Apalagi pada ibu hamil, dampaknya tak hanya terhadap dirinya tetapi juga janin yang dikandung. Pasalnya, ketika stres, denyut jantung manusia lebih cepat dari biasanya, ditambah hormon adrenalin keluar secara berlebihan sehingga ibu mudah emosi, kemudian terjadi getaran-getaran stres pada tubuh yang disebabkan meningkatnya hormon stres. Walhasil, ibu jadi lebih mudah marah. Padahal, saat hamil ibu harus dalam kondisi tenang dan nyaman agar janin dapat tumbuh dan berkembang optimal. Selain janin juga butuh suasana yang nyaman yakni dengan detak jantung yang berirama tidak terlalu cepat dan tubuh yang relaks tanpa getaran-getaran stres.

Stres juga dapat memengaruhi kondisi gizi dan emosional yang buruk karena dapat memacu gangguan metabolisme tubuh. Kondisi stres pun membutuhkan lebih banyak vitamin B dan C untuk mencerna karbohidrat yang mengakibatkan boros gizi. Ibu pun boros mineral seperti seng, kalium, dan kalsium untuk menghasilkan hormon adrenalin yang ujungnya dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga mudah sakit.

Tak hanya itu, intensitas BAB atau diare pun biasanya lebih sering yang dikhawatirkan akan menguras cadangan makanan. Jika tak ditangani segera bisa membuat ibu hamil mengalami dehidrasi, defisit gizi, yang akhirnya berpengaruh terhadap suplai makanan ke janin. Suplai makanan yang kurang akan mengganggu proses pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi kecacatan.

Efek negatif dari kondisi ini akan muncul setelah bayi lahir. Di antaranya, bayi lahir dengan berat badan rendah, mengalami sulit tidur di awal kelahirannya sehingga membuatnya tak cukup istirahat. Akibatnya bayi pun mudah marah, menangis, dan sulit ditenangkan. Bahkan berdasarkan penelitian, ketidaknyamanan di dalam kandungan dapat membuat bayi tidak memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya.

Berdasarkan penelitian pula, ibu hamil dengan tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan keguguran hingga 2—3 kali lipat. Juga bisa terjadi bayi lahir prematur. 

 

DETEKSI DAN ANTISIPASI

Sebenarnya stres atau tekanan-tekanan kecil biasa terjadi pada setiap orang. Namun melalui pengalaman yang dimiliki biasanya akan teratasi dengan sendirinya dan kita pun terlatih berhadapan dengan stres. Tetapi jika sudah menjadi berat, kita perlu hati-hati karena jika dibiarkan akan semakin berat dan semakin sulit diatasi. Maka itu, jika ibu hamil merasakan ada tekanan yang berlebihan, bersumber dari tugas-tugas kantor misalnya, perlu segera melakukan antisipasi supaya tidak semakin berat.

Yang pertama dilakukan adalah mencari apa penyebab stres. Apakah karena beban pekerjaan yang terlalu menekan atau karena sebab lain. Nah, carilah solusi untuk mengatasi supaya bebannya berkurang. Bila karena tekanan pekerjaan di kantor, cobalah  berbicara dengan atasan mengenai kondisi kehamilan, sehingga butuh keringanan pekerjaan; mengorganisasikan pekerjaan lebih baik supaya tak menumpuk terlalu lama; meminta diantar-jemput oleh suami saat pergi atau pulang kantor; mendelegasikan tugas-tugas ke bawahan, dan lainnya.

Selanjutnya, ibu hamil bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti nonton film kesukaan, bertemu teman-teman lama, berlibur ke tempat yang nyaman bersama keluarga, atau meminta waktu cuti dari kantor sampai kondisinya membaik. Ketika melakukan aktivitas menyenangkan tersebut,  lepaskanlah pikiran-pikiran yang terkait dengan kantor. Nikmati kesenangan itu secara maksimal, sehingga semua beban yang tersimpan bisa keluar dengan bebas. 

 Jangan lupa meminta dukungan dari suami, orangtua, saudara dan teman, bahkan pengasuh dan anak, terhadap kehamilan. Suami hendaknya lebih memahami kondisi istrinya yang sedang hamil dengan membantu pekerjaan-pekerjaan rumah yang sulit dilakukan ibu hamil atau membantu meringankan beban kehamilan seperti memijat bagian yang pegal. Dari orangtua, ibu hamil bisa meminta petuah-petuah berdasarkan pengalaman yang sudah lebih dulu mereka alami. Dari pengasuh, minta ia selalu siap membantu mengasuh si kakak. Sementara dari anak, bangunlah rasa pengertiannya untuk memahami kondisi kehamilan sang ibu.

Bila stres sudah mengganggu kondisi kesehatan, ibu harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan konsultasi teratur ke dokter kandungan, beristirahat cukup, dan menjaga kebugaran dengan berolahraga secara rutin. Lakukan semua anjuran yang disarankan dokter, seperti menghabiskan asupan vitamin yang diresepkan, menghindari makanan yang membahayakan ataupun zat-zat berbahaya semisal merokok atau berada di dekat perokok, kemudian bagi yang memiliki penyakit khusus seperti diabetes harus terus menjaga kadar gulanya tetap normal, dan lainnya.

Jika kondisi ibu hamil sudah terlalu berat, Ibu memerlukan tenaga ahli yang berkompeten mengatasi masalah psikologis ibu hamil. Biasanya, di rumah sakit terdapat psikolog yang khusus melayani ibu hamil. Dengan demikian, ada tempat berbagi dan mencari solusi bersama sehingga masalah bisa teratasi. Jangan sampai mengganggu kehamilan dan tentu saja, janin yang dikandung.