Di trimester ketiga, kehamilan sudah semakin besar sehingga memengaruhi hampir seluruh kondisi tubuh ibu. Kepala mudah pusing, leher, punggung, dan pinggang sering pegal akibat menahan beban berat kehamilan. Kulit perut terasa gatal akibat peregangan, sementara kaki sering kram, buang air kecil makin sering, kegesitan berkurang, dan perut yang membesar membuat ibu sulit tidur. Tak heran jika banyak ibu hamil yang merasa kelelahan di trimester akhir ini.
Bukan hanya fisik, secara psikis pun ibu menanggung beban yang cukup berat. Kecemasan dan kekhawatiran sering menghantuinya. Entah itu kekhawatiran akan penampilannya yang tak seperti dulu, kekhawatiran suami berpaling kepada perempuan lain, kekhawatiran biaya persalinan, hingga kecemasan menghadapi detik-detik persalinan.
Peran suami:
* Berikan selalu bahu suami untuk istri bersandar dan berkeluh-kesah. Ringankan keluhan pada tubuhnya dengan memberi pijatan relaks; mendampinginya melalui masa sulit menjelang tidur, meyakinkan dirinya menghadapi persalinan, memberinya kekuatan, menaikkan rasa percaya diri dengan menerima kondisi istri apa adanya, memerhatikan kebutuhannya, dan tentu saja mencintainya dengan sepenuh hati.
* Temani istri menjumpai teman-temannya di tempat yang santai dan nyaman untuk sekadar mengobrol, makan es krim, atau menikmati makan malam istimewa.
* Tetaplah setia mengantarnya berkonsultasi ke dokter. Tanyakan segala sesuatu seputar persiapan persalinan, apa yang harus dipersiapkan bila nantinya persalinan berlangsung normal spontan, normal dengan alat bantu, atau dengan cara operasi. Juga, tanyakan kondisi terakhir janin maupun kehamilan istri.
* Tentukan klinik atau rumah sakit mana yang dipilih bersama istri. Pastikan klinik atau rumah sakit itu mendukung dilaksanakannya inisiasi menyusu dini, mendukung terlaksananya program ASI eksklusif, menyelenggarakan konseling pascapersalinan, dan tarifnya terjangkau.
* Bantu istri mempersiapkan segala keperluannya saat persalinan nanti: baju ganti, pembalut nifas, peralatan mandi, buku-buku bacaan, sandal kamar, tisu/saputangan, peralatan make up, obat-obatan yang yang harus dikonsumsi, alat pemutar musik, dan sebagainya. Periksa lagi dengan saksama apakah ada yang kurang atau tidak.
* Dalam persalinan normal biasanya suami boleh menemani istri bersalin. Berusahalah untuk berada di sampingnya, memberi semangat, memompa keberanian serta kekuatannya mendorong si kecil lahir ke dunia.
Sungguh besar arti suami dalam mendampingi ibu menjalani kehamilan dan persalinan. Juga, tak ada yang bisa menggantikan kehadiran ayah di samping bayi mungil yang masih lemah. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini: menjadi suami siaga yang tiada duanya.