Aerobik Untuk Ibu Hamil

By Ipoel , Senin, 15 Juli 2013 | 05:00 WIB
Aerobik Untuk Ibu Hamil (Ipoel )

Sebagian besar jenis olahraga sebenarnya aman dilakukan selama kehamilan. Tentu, selama ibu mematuhi rambu-rambunya. Olahraga apa pun aman bagi ibu hamil asalkan tidak berisiko tinggi menyebabkan cedera. Olahraga apa sajakah itu? Berenang, jalan, sepeda statis, dan aerobic low impact. Olahraga-olahraga tersebut memiliki risiko cedera yang rendah dan menyimpan banyak manfaat, tak hanya selama kehamilan tetapi juga setelah persalinan. Tentu dengan catatan, ibu hamil mematuhi rambu-rambu yang berlaku. Selanjutnya, sungguh bijak kiranya, bila sebelum melakukan segala bentuk olahraga, ibu hamil berkonsultasi terlebih dulu pada ahli.

Aerobik adalah jenis latihan fisik yang terdiri atas gerakan ringan yang diulang dalam hitungan tertentu (ritmis), dan waktunya relatif panjang. Contoh: Jalan santai atau jalan cepat, dan senam.

Manfaat:

Meningkatkan kebugaran dan kesehatan karena jantung ikut terpacu dan terlatih. Kapasitas paru-paru dalam menghirup udara pun jadi lebih besar. Kondisi ini sangat dibutuhkan bagi kelancaran suplai oksigen ke janin dan kekuatan ketika ibu menjalani proses persalinan.

Rambu-Rambu:

Sesuaikan porsi olahraga dengan kemampuan awal. Jika sebelumnya tak pernah atau jarang berolahraga, jalan kaki yang teratur saja sudah lebih dari cukup. Mulailah latihan aerobik ini dengan waktu sekitar 15-20 menit untuk jalan santai. Sedangkan yang terbiasa berlatih bisa memanfaatkan waktu 30- 40 menit untuk melakukan jalan cepat. Karena berjalan yang dilakukannya tak seperti biasa, melainkan ada beban janin yang dibawa.

Diharapkan dari situ ibu hamil dapat lebih bugar. Hanya saja, perlu diketahui untuk memperoleh manfaat kebugaran tersebut, setiap ibu berolahraga harus masuk dalam apa yang disebut training zone atau zona latihan. Olahraga berjalan yang bisa masuk dalam training zone yaitu 50–70% dari denyut jantung maksimal.

Rumus untuk menghitung 100% denyut jantung maksimal adalah 220–usia. Contoh ibu hamil usia 30 menjadi 220–30. Maka 100% denyut jantung maksimalnya adalah 190 kali per menit. Sementara 50–70% dari denyut jantung maksimal adalah 95–133 kali per menit. Maka training zone berada pada kisaran angka tersebut.