Ada suatu penelitian menarik berkaitan dengan diet rendah kolesterol dan persalinan dini. Adalah Dr. Janette Khoury dari bagian obstetri dan ginekologi, Rikshospitalet-Radiumhospitalet Medical Centre, Oslo, Norwegia, yang melakukan riset tersebut pada 2001. Respondennya 290 wanita hamil, tidak merokok, berusia 21–38 tahun. Kondisi kehamilan para peserta penelitian sehat, dalam artian tidak mengalami komplikasi. Responden lantas dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama, para sampel penelitan yang menjalani diet makanan rendah kolesterol. Sebaliknya, kelompok kedua bebas mengonsumsi sajian-sajian berkolesterol tinggi. Lama waktu pengamatan adalah sepanjang usia kehamilan 17 sampai 20 minggu.
Hasilnya menarik. Tercatat hanya 1 dari 141 ibu hamil yang menjalani diet rendah kolesterol, yang melahirkan lebih dini (prematur). Sementara pada kelompok yang satunya, kelompok yang tidak berdiet, ada 11 dari 149 perempuan hamil yang mengalami persalinan prematur. Khoury pun menyimpulkan adanya korelasi positif antara kehamilan dengan diet makanan rendah kolesterol.
Kolesterol adalah suatu jenis lemak yang ada dalam tubuh dan dibagi menjadi LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida. HDL disebut sebagai lemak yang “baik” karena dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Sementara LDL adalah “si lemak jahat” karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah
Kolesterol “jahat” dalam jumlah yang tinggi akan menyebabkan atherogenik, yakni terjadinya gumpalan-gumpalan kolesterol degeneratif pada lapisan pembuluh darah. Hiperkolesterol juga berpotensi memicu perubahan patologis pada plasenta dan menyebabkan proses inflamasi/penyempitan pada arteri spiralis. Arteri spiralis adalah pembuluh darah paling ujung yang berbatasan langsung dengan plasenta/ari-ari. Penyempitan pembuluh darah tersebut jelas akan mengganggu sirkulasi darah dari rahim ke plasenta dan berpotensi menyebabkan ibu mengalami preeklamsia. Dampak buruk lain, janin dapat tumbuh terhambat dan mengalami insufisiensi plasenta (layuh plasenta).
Mengapa bisa begitu? Sepanjang masa kehamilan, pembuluh darah menyalurkan sari-sari makanan dan oksigen dari ibu kepada janin. Lantaran ketidaklancaran suplai oleh pembuluh darah (karena adanya gumpalan-gumpalan kolesterol) perkembangan janin dapat terhambat. Organ-organnya pun mengalami ketidakmatangan fungsi sehingga memicu kelahiran prematur. Kelahiran prematur sendiri didefinisikan sebagai kelahiran yang terjadi saat usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Prematuritas (kurang matangnya organ-organ pada bayi) adalah penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi-bayi prematur
Untuk mencegah terjadinya persalinan prematur yang diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol dalam darah, perlu dilakukan pemeriksaan lemak saat memasuki trimester dua masa kehamilan. Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan antara lain kolesterol total, kolesterol LDL direk, kolesterol HDL dan trigliserida. Semua komponen itu bermanfaat untuk mengetahui tingkat kolesterol dalam darah.