Orangtua harus tetap menerapkan disiplin pada si prasekolah yang tidak bersekolah. Disiplin ini bertujuan untuk membentuk kebiasaan. Tentunya penerapannya harus konsisten. Seperti membiasakan anak makan pada waktunya, menonton televisi pada jam-jam tertentu, membereskan mainan, dan sebagainya. Nantinya anak akan mengetahui akan adanya aturan. Namun, perlu diingat, penanaman disiplin ini tidak boleh kaku. Orangtua perlu bertoleransi pada kemauan anak, lingkungan dan kondisi anak. Hanya saja jangan sampai toleransi ini dengan memanjakan anak dan permisif. Selain itu, si prasekolah juga harus diajarkan dan dilatih kemandirian dari hal sederhana seperti pakai baju sendiri, membereskan mainannya, dan sebagainya. Ini penting sebagai persiapan masuk SD.
Meski anak tak bersekolah, hendaknya orangtua membuatkan jadwal bagi anaknya seperti halnya bila anak bersekolah. Misal Senin-Rabu_jumat atau Selasa-Kamis-Sabtu dalam seminggu atau dari Senin hingga Jumat. Waktu-waktu tersebut upayakan anak tetap berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Namun, ada kemungkinan teman-teman sebayanya di jam-jam tertentu masih sekolah. Jadi, orangtua harus membawa anaknya bisa bersosialisasi dengan cara apakah mengikutsertakan anaknya les, diajak ke taman bermain, berkumpul dengan para orangtua yang berpandangan sama bahwa anaknya tidak harus bersekolah. Jadi, bukan sekedar berjalan-jalan di mal, namun harus yang benar-benar berinteraksi. Jika orangtua mengikutsertakan anaknya les, maka pilihlah les yang berkelompok, seperti les berenang, les musik vocal grup, dan sebagainya.