Hamil Prima

By Ipoel , Senin, 8 April 2013 | 03:00 WIB
Hamil Prima (Ipoel )

Keinginan memiliki janin yang fisiknya sempurna dan sehat mungkin tak terwujud jika ia mengalami kecacatan, gangguan kesehatan, atau cedera otak. Salah satu yang diduga menjadi penyebabnya adalah gangguan kesehatan yang dialami ibu sebelum dan semasa hamil.  Sayangnya, gangguan ini kerap tidak disadari karena secara fisik ibu terlihat sehat atau kalaupun sakit gejalanya ringan saja seperti sakit kepala, flu, atau demam yang tidak tinggi. Padahal saat itu virus atau bakteri yang tidak mendapat penanganan dapat menembus plasenta dan memengaruhi pertumbuhan janin.

Belum lagi banyak ibu yang baru datang berkonsultasi setelah kehamilannya berumur satu atau dua bulan ketika menyadari dirinya terlambat haid. Tidak sedikit yang bahkan belum merencanakan kehamilan. Sebagai akibatnya, ibu dan pasangan tidak melakukan persiapan kehamilan dengan baik. Meskipun sebagian besar kehamilan berjalan normal, tetapi dari statistik terlihat bahwa angka kelahiran bayi tak sehat termasuk tinggi, contohnya kelahiran bayi kembar siam atau bayi dengan gangguan jantung, kanker, gangguan penglihatan, dan bayi dengan kelainan atau cedera otak. Berdasarkan penelitian, kelahiran anak berkebutuhan khusus meningkat dari 1:1000 beberapa tahun lalu meningkat menjadi 1:100. Hal ini diduga akibat infeksi yang dialami ibu yang kemudian mengganggu pertumbuhan janin.

Persiapan Gizi

Persiapan utama kehamilan adalah kondisi kesehatan yang didapat dari konsumsi gizi seimbang. Pemenuhan kebutuhan gizi seimbang sebelum hamil jauh lebih baik daripada ketika sudah terjadi kehamilan. Alasannya, tentu saja agar ibu selalu memiliki daya tahan tubuh yang prima dan karena kualitas sel telur maupun sel sperma serta perkembangan hasil pembuahannya sangatlah dipengaruhi oleh kadar gizi. Dokter biasanya mengutamakan pemenuhan kebutuhan akan asam folat dan zat besi pada ibu yang merencanakan kehamilan. Namun, asupan zat-zat gizi lainnya tak kalah penting dan bermanfaat. Inilah antara lain penjelasannya.

Asam Folat

Asam folat atau folic acid membantu mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat berupa kelainan tulang belakang atau spina bifida. Asam folat banyak terkandung dalam brokoli, kol, kacang-kacangan, dan jeruk. Namun, karena sering kali kebutuhan akan asam folat yang cukup tinggi selama kehamilan ini sulit terpenuhi (antara lain karena di awal kehamilan ibu sering mengalami penurunan nafsu makan), dokter biasanya memberikan suplemen asam folat, terutama di 12 minggu pertama.

Zat Besi

Zat besi dibutuhkan untuk membawa tambahan oksigen dalam sel-sel darah merah ibu. Seperti kita ketahui, janin mendapat asupan nutrisi dan oksigen dari darah ibu yang dikirim melalui plasenta. Oksigen ini juga sangatlah penting bagi berjalannya fungsi otak janin.

Kekurangan zat besi karenanya harus dihindari karena membuka peluang terjadinya anemia atau kekurangan sel darah merah. Gejalanya, ibu menjadi mudah lelah, lesu, dan pucat. Asupan zat besi bisa didapat dari daging merah, ikan, telur, buah kering, biji-bijian, sereal, tepung gandum, dan sayuran berdaun hijau. Jika perlu, dokter akan memberikan suplemen zat besi, juga vitamin C yang membantu penyerapan zat besi oleh tubuh.

Kalsium

Kalsium tinggi bermanfaat untuk menjamin ketersediaan kalsium yang cukup bagi ibu selama masa kehamilan dan menyusui.

Lemak Omega (omega fats)

Asam lemak omega 3 dan 6 penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sistem pusat saraf (otak) janin. Untuk ibu, omega 3 dan 6 diperlukan untuk perkembangan normal plasenta, menghambat reaksi inflamasi atau reaksi radang, dan penyakit jantung. Susu, telur, ikan berminyak seperti sarden, makarel, dan salmon merupakan sumber asam lemak omega 3 dan 6. Biji-bijian seperti biji labu kuning dan biji bunga matahari (kuaci) juga mengandunglemak omega 3 dan 6.

Dengan asupan gizi yang cukup diharapkan ibu dapat tetap sehat selama hamil. Alangkah baiknya jika pertahanan tubuh ibu diperkuat pula dengan imunisasi anjuran sejak sebelum kehamilan. Kalaupun kehamilan telanjur terjadi, masih ada beberapa imunisasi yang dapat dilakukan. Sekecil apa pun, usaha preventif tetaplah membawa manfaat.