Milestones Prasekolah (2)

By Ipoel , Minggu, 23 Desember 2012 | 20:00 WIB
Milestones Prasekolah (2) (Ipoel )

Setiap anak itu unik, begitu juga di setiap tahapan usia, ada keunikan yang  membedakannya dari tahapan usia sebelum dan setelahnya. Nah, tahapan usia 3-5 tahun atau yang dikenal dengan tahapan usia prasekolah, menurut Elizabeth B. Hurlock adalah tahapan keemasan (the golden age). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut:

5. Belajar menimbang rasa. Di usia ini, khususnya di usia 4 tahun, minat terhadap teman mulai berkembang. Anak mulai bisa terlibat dalam permainan kelompok walaupun kerap terjadi pertengkaran di antara mereka. Empati anak juga mulai berkembang, ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa sesuatu yang dapat menghibur. Pada masa ini anak mulai belajar konsep benar salah.

Hal ini tejadi karena pembiasaan. Ingat, belajar paling efektif  adalah melalui model/contoh. Dengan berlatih mengungkapkan perasaan secara adaptif, anak juga akan belajar untuk memberikan respons yang sesuai ketika ia melihat ekspresi perasaan yang ditampilkan oleh orang lain. Anak akan mendapatkan penguatan positif berkat  reaksi dari lingkungan, misalnya pujian pada perilaku anak.

6. Munculnya kontrol internal. Kontrol internal muncul di akhir masa usia prasekolah, perasaan malu pun muncul. Contoh, ia akan merasa malu dan bersalah jika melakukan perbuatan yang salah, tidak baik, atau tidak disukai lingkungan. Munculnya hal ini biasanya dimulai saat anak memasuki usia akhir prasekolah.

Kontrol internal bisa berkembang bila anak sudah menyadari keberadaannya dalam suatu lingkungan. Hal ini juga berkaitan erat dengan kemampuan kognisinya. Anak akan mulai mempelajari bahwa ada aturan-aturan dalam lingkungan tempatnya berinteraksi. Berdasarkan pemahaman tersebut, anak akan mengembangkan pemahaman diri dan aturan-aturan yang ada. Respons dari lingkungan akan memperkuat pemahaman anak, dan memberinya kesempatan berlatih untuk menampilkan perilaku yang sesuai.

7. Belajar dari lingkungannya. Anak mulai meniru apa yang sering dilihatnya. Ia belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya, misalnya berperilaku sama persis seperti apa yang dilihatnya dari tokoh di televisi atau punya cita-cita sama seperti profesi orangtuanya. Jadi di usia ini lingkunganlah yang sangat berperan dalam membentuk perilakunya.

Ingat, lingkungan menjadi media bagi anak untuk dapat berlatih menampilkan perilaku yang sesuai. Lingkungan bisa menjadi penguat bagi anak untuk menampilkan perilaku positif atau negatif sekalipun. Lakukan segala aktivitas dengan wajar. Tanyakan pada anak apakah suatu perilaku baik atau tidak, dan apa alasannya. Dengan demikian diharapkan anak dapat memilih perilaku mana yang akan ia tampilkan.

8. Berkembangnya cara berpikir. Anak mulai mengembangkan pemahamannya tentang hubungan antara bagian dan keseluruhan. Pemahaman konsep waktu belum berkembang sempurna. Anak prasekolah yang belum bisa membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore. kemampuan ini berkaitan dengan perkembangan bahasa anak. Stimulasi yang paling tepat adalah dengan menggunakan kata-kata tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu, mendongeng dan membacakan cerita dapat mengembangkan pengertian dan pemahaman anak pada konsep waktu.

9. Bereksperimen bahasa. Dibanding masa sebelumnya anak lebih bisa diajak berkomunikasi, ia mulai bisa mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal. Tapi terkadang ia ingin bereksperimen dengan mengucapkan kata-kata kotor atau yang mengejutkan orangtuanya, seperti, “Bego lo,”  “Kurang ajar,” “Bajingan,”  dan sebutan binatang kepada orang lain.  

Bila anak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, tidak usah bersikap berlebihan, tetapi tetap tenang. Kemudian tanyakan pada anak apakah ia mengerti arti kata yang diucapkan.  Bila tidak paham, berikan penjelasan bahwa kata-kata tersebut tidak pantas diucapkan dan orangtua tidak ingin mendengar anak menyebutkan kata-kata tersebut. Bila anak mengulangi menyebutkan kata yang dimaksud, abaikan saja. Lambat laun anak akan berhenti mengucapkan kata-kata tersebut karena tidak mendapatkan perhatian.