Mengenal Gangguan Haid

By Ipoel , Senin, 1 Juni 2015 | 09:00 WIB
Mengenal Gangguan Haid (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Yuk, mengenal haid. Pada kondisi normal, umumnya siklus haid terjadi sekitar 28 hari, meskipun tidak selalu. Terkadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 35 hari. Rata-rata haid terjadi 5 hari, ada juga yang 2 hari sampai 14 hari. Darah yang keluar akibat menstruasi kurang lebih 10 ml hingga 80 ml per hari dengan rata-rata 35 ml per harinya.

Sebagian perempuan memiliki siklus haid yang tidak normal. Apa saja gangguan haid itu? Berikut di antaranya:

Kelainan banyaknya darah

Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, ditandai dengan waktu lebih lama dari normal, yakni lebih dari 14 hari. Penyebabnya antara lain adanya mioma uteri, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium, disfungsional uterie bleeding, gangguan hormonal.

Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek atau kurang dari normal, yakni kurang dari 2 sampai 7 hari. Penyebabnya antara lain kesuburan endometrium kurang akibat kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.

Kelainan siklus

Polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari siklusnya atau masa bersih tanpa darah haid kurang dari 2 minggu). Secara awam bisa terlihat sebagai haid yang terjadi dua kali atau lebih dalam satu bulan. Banyaknya perdarahan bisa sama atau lebih banyak dari haid normal. Penyebabnya antara lain gangguan hormonal sehingga siklus haid menjadi lebih pendek.

Oligomenorea adalah siklus haid yang lebih panjang dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya lebih sedikit dari ukuran normal. Penyebabnya antara lain gangguan hormonal, psikologis dan efek penyakit tertentu seperti TBC.

Amenorea adalah ketiadaan haid selama 3 bulan berturut-turut. Dibedakan menjadi dua:

- Amenorea primer bila perempuan usia 18 tahun ke atas tidak pernah  mendapat haid sama sekali. Penyebabnya adalah kelainan genetik/anatomi.

- Amenorea sekunder bila perempuan ini pernah mendapat haid tapi kemudian berhenti. Penyebabnya adalah gangguan kurang gizi, metabolisme, tumor, penyakit infeksi dan sebagainya.