Tabloid-Nakita.com - Dalam dunia medis, peranakan turun diistilahkan dengan prolaps uteri. suatu keadaan dimana posisi rahim turun. Posisi rahim yang normal ada di atas vagina, menggantung di dalam rongga pelvic (panggul). Sementara pada prolaps uteri, posisi rahim turun ke dalam vagina. Ringan beratnya kasus bergantung pada derajat turunnya rahim dari posisi semula. Untuk itu ada beberapa tingkatan.
Tingkatan pertama tergolong masih ringan, yakni posisi rahim turun, tetapi masih berada dalam vagina. Tingkatan kedua, posisi rahim turun dan tampak di lubang vagina. Sementara tingkatan ketiga, rahim turun hingga menyembul dari lubang vagina. Yang paling parah adalah tingkatan keempat dimana rahim keluar seluruhnya dan menggantung di luar vagina.
Turunnya rahim ini disebabkan oleh adanya kelemahan otot-otot dasar panggul (tempat rahim bergantung). Mengapa otot-otot tersebut bisa lemah? Ada beberapa kemungkinan, seperti adanya kelainan bawaan, faktor usia (proses penuaan), atau lantaran masa menopause karena pada masa ini umumnya sudah terjadi kelemahan otot-otot dasar panggul. Masih ada beberapa faktor risiko lain, seperti riwayat melahirkan normal hingga berkali-kali, melahirkan bayi dengan janin besar sekitar 3,8- 4 kg, melahirkan dengan adanya kondisi penyulit sehingga ibu harus mengejan kuat atau divakum, atau adanya tumor di perut yang kemudian menekan rahim hingga turun.
Yang perlu disadari, kondisi rahim turun tidak terjadi dalam waktu singkat. Jadi, bukan berarti ibu yang melahirkan janin besar atau setelah melahirkan satu atau dua anak, lalu rahimnya turun. Tidak demikian. Faktor-faktor tersebut baru merupakan faktor risiko di usia lanjut kelak.
Atasi Peranakan Mama yang Turun
Segera periksakan diri ke dokter kandungan jika merasakan keluhan sakit seperti ditarik-tarik di bawah panggul atau pegal-pegal di bawah perut. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan dalam (saat itu ibu diminta batuk atau mengejan) untuk dapat mengetahui apakah posisi rahimnya turun atau tidak. Tindakan lain seperti pemeriksaan dengan USG dilakukan untuk memastikan apakah penyebab gejala-gejala tersebut memang "hanya" kelemahan otot-otot dasar panggul saja, ataukah ada penyebab lain, seperti tumor di dalam rongga panggul.
Selama masih dianggap ringan dan tidak mengganggu, penurunan posisi rahim cukup ditangani sebatas observasi dan pemantauan saja. Biasanya operasi dilakukan jika penurunan rahim dianggap mengganggu dan ibu masih diharapkan bereproduksi. Pembedahan akan dilakukan di perut untuk menarik rahim ke posisi semula di atas vagina dan memperkuat jaringan tempat rahim bergantung. Jika ibu sudah melewati usia reproduktif atau tidak ingin hamil lagi, akan dilakukan pengangkatan rahim, disertai pengencangan otot vagina depan dan belakang.
Bila turunnya rahim disebabkan adanya tumor, tentu penyebab ini yang akan ditangani terlebih dahulu, yaitu dengan mengangkat tumornya. Selain itu akan dilihat pula apakah perlu atau tidak mengangkat rahimnya sekaligus. Seandainya pasien menolak dioperasi karena merasa keluhannya tidak berat, dokter akan memberikan solusi berupa pemasangan semacam cincin di vagina agar rahim tak semakin turun. Tindakan yang sama berlaku bagi pasien usia lanjut dan berisiko terhadap pembiusan.
Pengobatan secara oral umumnya tidak ada, kecuali untuk mengurangi gejala rasa sakit di bawah perut atau belakang bawah panggul dengan pemberian obat pengurang rasa nyeri. Namun obat ini tidak akan diberikan dalam jangka panjang mengingat dampaknya pada fungsi ginjal. Kebiasaan pengurutan di bagian perut (yang dipercaya dapat mencegah peranakan turun) di dalam dunia kedokteran belum dibuktikan secara ilmiah. Otot-otot yang lemah tidak akan menjadi kuat lagi dengan pengurutan, kecuali hanya untuk menghilangkan sementara rasa pegal yang timbul. Yang dikhawatirkan dari tindakan pengurutan itu adalah trauma atau cedera. Sebaiknya ibu melakukan latihan senam kegel (mengencang-kendurkan vagina dalam beberapa hitungan) untuk mengencangkan otot-otot dasar panggul. Hal ini diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya prolaps uteri atau membuat prolaps uteri yang ringan tidak menjadi semakin parah. Latihan ini memang tidak bisa secara murni mencegah terjadinya turun rahim. Bagaimanapun juga semakin bertambahnya usia, otot-otot dasar panggul pun akan semakin melemah.