Pencegahan Tepat Alergi Selama Hamil

By Ipoel , Selasa, 12 September 2017 | 01:00 WIB
Batuk kering saat hamil bisa menimbulkan komplikasi. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Ibu hamil dengan alergi tak perlu khawatir berlebihan. Memang, alergi tak dapat hilang seratus persen. Akan tetapi, Ibu dapat mengontrolnya sehingga tetap dapat beraktivitas seperti biasa tanpa terganggu oleh alerginya. Cara-cara mencegah alergi seperti yang disarankan dr. Iris Rengganis SpPD, KAI dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, berikut ini:

Alergen atau penyebab alergi bisa masuk ke tubuh melalui saluran napas (misalnya debu rumah, kasur kapuk, bulu hewan atau tanaman), saluran cerna (makanan), atau menempel pada kulit (misalnya kosmetik, bingkai kacamata). Masuknya alergen itu akan merangsang reaksi menyimpang dari tubuh. Alergen pencetus itu merupakan alergen poten yang merangsang pembentukan zat antibodi IgE (Imunoglobulin E).

Zat antibodi ini dibentuk untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi adakalanya malah menyerang tubuh. Bila penyebabnya telah diketahui, misalnya udang, kepiting, atau kacang-kacangan, maka  hindari mengonsumsi makanan tersebut. Ibu tetap bisa mendapat asupan protein dari telur, ayam, atau daging sapi.

Bila penyebab alergi belum diketahui secara pasti, apakah karena makanan atau yang lainnya, sebaiknya amati apakah karena faktor debu ruangan, cuaca yang dingin atau bahkan asap rokok, misalnya.

(Baca juga : Cari Tahu Apa Itu Alergi dan Cara Mengobatinya)

Bila alergi tetap saja muncul, sebaiknya ibu hamil segera berkonsultasi pada dokter kandungan ataupun juga dokter ahli alergi agar bisa diketahui bagaimana penanganan yang tepat dan tak menimbulkan efek negatif bagi janin. Bahkan, penderita asma, sebaiknya dipantau sejak awal, termasuk derajat berat-ringan asmanya. Kategori ringan, bila gejala kambuh sampai terjadinya serangan maksimal dua kali/minggu ditambah batuk dan mengi.

Kondisi sedang, bila gejala timbul lebih dari dua kali/ming­gu, kadang disertai gejala sering kencing malam hari. Sementara asma dikatakan berat, kalau gejala terjadi terus menerus selama seminggu penuh. Ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak awal.

Pemeriksaan dengan USG dapat dilakukan sejak usia kehamilan 12-20 minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada trimester ke-2 dan ke-3 terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang-berat. Pemeriksaan janin juga dapat dilakukan dengan electronic fetal heart rate monitoring untuk memeriksa detak jantung janin.

(Baca juga : 4 Cara Mencegah Alergi Pada Bayi)

Kebersihan diri dan lingkungan patut diperhatikan. Misalnya, menjaga kebersihan badan dan tidak menggaruk kulit yang gatal karena kulit yang terluka mudah dimasuki kuman. Begitu pun kebersihan lingkungan, misalnya membersihkan area dimana sering terdapat debu entah di kamar dan ruangan lain, atau menghindari tungau di karpet, kapuk, bahan beludru pada sofa atau gorden. Perhatikan juga ventilasi di rumah.

Penderita alergi juga harus menghindari stres. Sebab, stres bisa melemahkan kekebalan dan meningkatkan histamin yaitu zat pemicu yang bisa memperparah alergi dalam tubuh.

Stamina tubuh merupakan faktor utama lain yang perlu dipertahankan selama hamil. Jalan kaki santai di udara yang bersih dan segar sangat dianjurkan. Makanan dengan gizi cukup dan sehat jelas akan menambah kebugaran. Pemilihan olahraga ringan seperti renang bisa dilakukan untuk penderita alergi, terutama dengan gejala asma. Jika ibu dapat berdamai dengan alerginya, maka kehamilan akan terasa lebih menyenangkan.

(Baca juga : 5 Kesalahan Mama yang Menyebabkan Anak Alergi)