Komplikasi Diabetes Melitus Pada Bayi

By Ipoel , Sabtu, 27 Juni 2015 | 09:00 WIB
Komplikasi Diabetes Melitus Pada Bayi (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Secara garis besar diabetes melitus pada bayi ibedakan menjadi 2 tipe, yakni DM tipe 1 dan DM tipe 2. Sebagian besar (sekitar 80-90%) penderita DM usia anak, termasuk bayi, mengidap DM-1. DM pada bayi dibedakan lagi menjadi dua, yakni DM neonatal yang bersifat sementara (transien) dan DM yang bersifat permanen alias menetap. Setelah pengobatan dengan insulin selama beberapa waktu, 50% kasus DM neonatal transien akan mengalami fase kesembuhan sehingga tidak memerlukan insulin untuk kehidupan selanjutnya. Separuh lainnya dapat kembali mengalami DM saat memasuki usia 20 atau 40 tahun. Hingga kini, belum diketahui faktor apa yang menyebabkan bayi mengalami fase kesembuhan dan bagaimana proses tersebut dapat terjadi.

Yang dimaksud DM-1 adalah ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin sehingga insulin harus disuplai secara teratur dari luar. Tidak adanya insulin ini umumnya disebabkan oleh kegagalan pankreas untuk menghasilkan insulin padahal insulin sangat diperlukan dalam berbagai fungsi tubuh.

Sedangkan pada DM-2 yang mayoritas dijumpai pada orang dewasa, tubuhnya mampu menghasilkan insulin, tetapi insulinnya tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya. Penanganannya bukan dengan pemberian insulin, melainkan terapi obat-obatan untuk mengatasi gangguan sensitivitas insulin.

Sebagai hormon penting yang menunjang pertumbuhan, insulin berperan dalam kehidupan semua orang tanpa mengenal batasan umur. Bagaimana pentingnya insulin bagi tubuh bisa digambarkan sebagai berikut. Asupan makanan yang dikonsumsi akan diolah di saluran cerna untuk kemudian diubah menjadi glukosa. Glukosa ini kemudian akan ikut masuk ke dalam pembuluh darah untuk disuplai ke seluruh sel tubuh agar bisa digunakan sebagai sumber energi. Nah, agar bisa masuk ke dalam sel, dibutuhkan insulin sebagai "kunci" yang akan membuka pintu masuk bagi glukosa. Tanpa kehadiran insulin, gula darah akan tetap berada di luar sel sehingga menyebabkan sel kelaparan. Bila sel kelaparan, tubuh pun akan kelaparan hingga si individu terdorong ingin makan dan makan lagi. Sementara glukosa yang tidak bisa masuk tadi lama-kelamaan akan menumpuk dalam darah sehingga membuat kadar gula darah semakin tinggi. Kondisi ini bila tidak ditangani akan menyebabkan berbagai komplikasi.

Kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol amat berpotensi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah besar maupun kecil yang selanjutnya akan memunculkan kerusakan di seluruh organ tubuh, terutama jantung, ginjal, mata, dan otak.

Pada kasus DM neonatal permanen yang berat, bayi dapat mengalami gangguan kecerdasan/retardasi mental, epilepsi, atau kelemahan otot. Selain itu, tingginya kadar gula darah akan memacu hormon yang mengurangi tingkat kepadatan tulang sehingga penderita DM rawan terkena osteoporosis.

Komplikasi terparah, penderita akan muntah berkepanjangan hingga membuatnya mengalami dehidrasi dan menurunkan kesadaran yang dapat berujung pada kematian. Berbagai komplikasi fatal itu bisa dicegah melalui penanganan terpadu di bawah pengawasan tim yang terdiri atas dokter spesialis endokrin anak, dokter ahli gizi, neurologi, rehabilitasi medik, spesialis mata, dan psikolog anak.