Tabloid-Nakita.com - Sebenarnya ibu yang puasa tetap bisa menyusui. Selama ini belum punya satu metode bagaimana mengukur kadar hormon prolaktin dan oksitosin, hanya memakai sinyal badan, apakah ibu merasa ASI-nya lebih banyak atau berkurang dan memantau berat badan anaknya. Jika ibu berpuasa memang akan terjadi perubahan produksi ASI. Namun bukan perubahan kuantitas keseluruhan, melainkan perubahan dari segi waktunya. Volume ASI agak berkurang selama ibu berpuasa dan baru melimpah lagi pada malam hari setelah ibu mendapat asupan makanan. Produksi hormon oksitosin membuat aktivitas menyusui meninggalkan dahaga pada ibu yang harus segera diimbangi dengan minum air yang banyak. Dengan begitu, produksi ASI berikutnya tetap lancar. Ibu yang puasa tetap bisa menyusui.
Agar ibu yang puasa tetap bisa menyusui, jangan lupa memerah ASI di malam hari. Apalagi hormon prolaktin, salah satu hormon yang sangat berpengaruh terhadap produksi ASI, di malam hari terbukti jumlahnya lebih tinggi dibandingkan pada siang hari. Tingginya hormon prolaktin di malam hari menambah jumlah produksi ASI pada waktu tersebut. Ibu yang bekerja dan berpuasa disarankan untuk tetap melakukan kegiatan memerah ASI seperti biasa.
Memerah ASI di siang hari tetap penting karena produksinya berpegang pada prinsip demand and supply. Artinya semakin banyak ASI dikeluarkan, semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Sebaliknya, jika ibu yang biasa memerah menghentikan kegiatan memerahnya selama bulan puasa, maka ASI yang diproduksi dapat berkurang. Penyebabnya bukan kegiatan berpuasa itu sendiri tetapi berkurangnya kegiatan memerah atau menyusui. Agar ibu yang puasa tetap bisa menyusui, produksi ASI tak terganggu dan fisik ibu tetap fit, manfaatkan waktu untuk beristirahat dan relaks. wajar kalau selama berpuasa, ibu merasa lemas. Apalagi ibu menyusui. Saat merasa lemas cobalah untuk beristirahat sejenak, entah itu dengan cara tidur atau sekadar merebahkan tubuh sambil relaks menenangkan pikiran.