Tabloid-Nakita.com - Sebagai orangtua baru, Mama tidak dapat dilepaskan dari beberapa kesalahan saat merawat bayi. Kadnag kesalahan itu dilakukan tanpa disadari. Berikut 5 kesalahan yang Sering Dilakukan Mama:
1. Membiarkan bayi baru lahir disentuh banyak orang
Ketika para sahabat dan kerabat berkunjung menjenguk si kecil yang baru lahir, tentunya ada rasa bahagia berlebih yang muncul melengkapi rasa syukur menyambut kehadirannya. Hal itu diwujudkan dengan memperlihatkan si kecil kepada para tamu dan membiarkannya mendapat sentuhan-sentuhan gemas. Mungkin, terbersit juga sedikit keinginan untuk memberikan stimulasi dini dalam hal bersosialisasi kepada si kecil. Namun, perlu diketahui, bayi baru lahir kondisinya masih rentan. Jadi, untuk teman dan kerabat yang datang menjenguk, dapat diberlakukan aturan berikut:
- Si kecil tidak perlu dibawa ke luar kamar. Hanya kerabat dan teman yang kondisinya fit dan sehat saja yang boleh masuk.
- Sebelum memegang bayi, setiap yang menengok diminta untuk cuci tangan.
- Bayi tidak perlu digendong, cukup dibaringkan dalam boks atau di atas tempat tidur orangtua.
- Pengunjung yang sedang flu atau batuk diharap menggunakan masker. Memang menerapkan aturan tersebut tidak mudah tapi demi kebaikan si kecil, coba berikan pengertian pada mereka. Teman dan kerabat yang peduli pada kesehatan si kecil pasti bisa menerima aturan tersebut.
2. Cepat cemas
Bayi baru lahir sedang belajar membangun pertahanan diri untuk menghadapi aneka substansi tidak menguntungkan di sekitarnya. Jika daya tahannya ambruk, bayi mudah sakit seperti batuk, diare, mencret, kembung, dan demam. Namun demikian hal ini tak perlu dibuat cemas berlebihan, seakan ia terserang penyakit yang tak dapat disembuhkan. Ingat, walau bayi berada di samping kita terus-menerus, tapi orangtua tetap tak dapat mengontrol semua kehidupannya dari A sampai Z. Apalagi kita tahu, virus, bakteri, jamur, dan zat polutan tidak bisa dihalau dengan mudahnya. Jadi yang penting dilakukan, belajarlah dari setiap kondisi yang dihadapi dan jangan panik. Jika cemas, tentu kita tidak akan bisa berpikir jernih dan itu bisa memperburuk keadaan bayi yang sedang tidak sehat.
3. Mementingkan model baju bayi daripada kenyamanannya
Fungsi utama pakaian adalah sebagai pelindung tubuh, baru fungsi estetika. Karenanya, dalam memilih pakaian si bayi yang penting tubuh terlindungi, disamping harus nyaman, aman, dan bisa mendukung gerak anak. Kadang, model baju yang lucu belum tentu nyaman dipakai karena bahannya yang tidak menyerap keringat, terlalu banyak pita, kancing, atau memakai retsleting yang keras. Lebih baik, pilih pakaian bayi yang tidak membuatnya kepanasan, tidak banyak aksesori, mudah dikenakan dan dicopot, tidak tertutup, longgar, dan sesuaikan bahan bajunya dengan kondisi di mana si kecil berada. Kalau di daerah dingin, kenakan pakaian tebal, tapi jika di daerah panas, bahannya harus yang tipis dan menyerap keringat.
4. Terlalu mendengar nasihat orang lain.
Memang benar, di hari-hari pertama menjadi orangtua kita sering merasa gugup dan merasa tidak tahu apa-apa. Akibatnya, kita menjadi sangat terbuka terhadap masukan dari oranglain yang dianggap lebih berpengalaman. Masyarakat kita umumnya sangat peduli dalam urusan bayi, sehingga tanpa diminta pun mereka sudah memberikan aneka saran perawatan bayi.
Masalahnya, saran-saran tersebut kadang lebih kental muatan mitosnya atau bahkan berseberangan satu sama lain. Manakah yang bisa dipercaya? “Katanya bayi harus dibedong. Tapi banyak juga yang bilang tidak perlu, karena itu perbuatan menyiksa bayi. Mana yang benar nih?” Bedong memang dapat membuat membuat bayi merasa hangat dan terlindungi seperti berada dalam pelukan. Dengan begitu bayi akan merasa nyaman dan efeknya membuat bayi jadi tenang. Namun, bedong tetap harus memberikan kelonggaran agar bayi tetap dapat menggerakkan anggota badannya. Jadi yang tidak dianjurkan adalah bedong yang membungkus bayi dengan ketat hingga menghambat pernapasan dan geraknya.
Ingat, jika kita mengikuti setiap nasihat orang lain, itu sama saja dengan menghilangkan daya kreativitas kita. Percayalah pada intuisi diri sendiri. Sebagai orangtua, kita dapat mengukur mana yang terbaik bagi anak sendiri. Namun, jika tetap bimbang, lakukan cross check kepada ahli medis, pakar perkembangan anak, buku yang mengulas topiknya secara ilmiah atau media massa terpercaya yang mengulas tentang bayi.
5. Membandingkan tumbuh-kembang anak sendiri dengan anak lain
Setiap anak unik dan memiliki kelebihan masing-masing. Sebab itu janganlah kita membanding-bandingkan si kecil dengan bayi lain soal kecerdasan atau pertumbuhannya. Masing-masing bayi akan berkembang sesuai kematangannya. Sepanjang pertumbuhannya masih berada di rentang normal (bisa dipantau melalui panduan Kartu Menuju Sehat), kita tak perlu cemas. Mungkin bayi lain di usia yang sama sudah bisa merangkak, sementara bayi kita baru mencapai kemampuan itu beberapa minggu kemudian. Atau bayi lain BB-nya di usia 6 bulan sudah mencapai 7,8 kg, sementara bayi kita usia yang sama BB-nya baru 5,8 kg. Selama BB itu masih berada dalam rentang normal, yang sesuai dengan usianya, ya tak perlu cemas.