TabloidNakita.com - Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Emosi dapat pula berarti perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni emosi positif (seperti gembira, bersyukur, merasa beruntung, dan sebagainya) dan emosi negatif (di antaranya, marah, sedih, tegang, iri hati, merasa bersalah, dan malu). Emosi itu perlu distimulasi lo. Sering melihat kan anak yang seenaknya memarahi pengasuh di rumah atau ngamuk kepada temannya. Itu pertanda anak tidak dapat mengendalikan emosi. Bisa dibayangkan kelak saat anak harus bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu, orangtua juga perlu mengenal emosi anaknya, sehingga komunikasi antara orangtua dan anak dapat terjalin dengan baik. Kapan ia sedang senang, sedih, dan lainnya, sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan tepat. Ketika anak menunjukkan muka marah, alihkan dulu perhatiannya pada hal-hal yang menyenangkan, setelah kemarahannya mereda, barulah ajak ia membicarakan permasalahannya.Sebaliknya, anak pun perlu dilatih untuk mengenali emosi orangtuanya. Ia tahu kapan mood orangtuanya bagus, kapan tidak. Sering kali terjadi, orangtua sedang banyak persoalan, tetapi karena ketidaktahuannya, si anak justru meminta perhatian lebih dengan melakukan hal-hal yang membuat orangtua semakin emosional. Akibatnya, tanpa disadari anak menjadi sasaran kemarahan orangtuanya. Tak demikian halnya bila setiap pihak mengenali emosi masing-masing, hubungan orangtua dan anak dapat dijaga keharmonisannya.YUK, LATIH AGAR ANAK CERDAS EMOSI Sama dengan tahapan perkembangan lainnya, kemampuan emosi anak juga harus distimulasi agar dapat dikendalikan. Berikut caranya: 1. Kendalikan emosi orangtuaSebelum mengasah kepekaan emosi anak, orangtua harus bisa mengenal dan mengendalikan emosinya sendiri. Sederhananya, bagaimana mungkin orangtua mengajari anak mengendalikan emosi sementara ia sendiri sering kehilangan kontrol atas emosinya. 2. Minta anak mengenali emosinya Dengan mengetahui apa yang dirasakan, lebih mudah bagi anak untuk mengendalikan emosinya. Sebagai gambaran, sering kali anak uring-uringan tidak jelas, maunya marah-marah saja meski permintaannya sudah dituruti. Hal ini terjadi karena anak tidak mengenal dengan baik apa yang dirasakannya saat itu. Orangtua diharapkan bisa membantu anak dengan mengidentifikasi perasaannya. “Oh, Kakak kesal ya, karena mainanmu dirusak Adik? Yuk, Mama bantu memperbaiki. Mama akan minta Adik untuk minta maaf.” 3. Minta anak menyalurkan emosi secara positifSaat mainan dirusak, anak bisa jadi marah-marah atau memukul. Tunjukkan pada anak beberapa alternatif penyaluran emosi secara positif. Kalau kesal karena diejek teman, katakan bahwa mengejek memang tidak baik. Ajari anak untuk berani mengungkapkan kepada si pengejek, ia tidak suka diejek. Jika tak mempan, ajak anak untuk mencari teman lain yang baik dan tak menanggapi ejekan itu. 4. Beri rewardSaat anak dapat mengendalikan emosi, orangtua dapat memberikan reward berupa pelukan atau acungan jempol. "Mama tahu kamu kesal karena tidak dibelikan mainan, tapi Mama senang kamu tidak mengamuk atau menangis di mal itu."