Pentingnya Pendidikan Seks Sejak Dini

By Ipoel , Senin, 24 Februari 2014 | 00:00 WIB
Pentingnya Pendidikan Seks Sejak Dini (Ipoel )

TabloidNakita.com - Pendidikan seks penting diajarkan sejak dini. Sebab, mayoritas masyarakat Indonesia masih menilai perihal seks dan kesehatan reproduksi adalah sesuatu yang “tabu”. Apalagi  untuk dibicarakan kepada anak. Padahal, membicarakan hal ini sudah merupakan tanggung jawab orangtua.

Berdasarkan teori, peletakan dasar landasan pendidikan seks yang efektif dan paling mudah adalah saat prasekolah. Pada usia ini perkembangan otak anak sangat pesat mencapai 80% sehingga dinamakan “masa emas”. Hasil pendidikan yang ditanamkan (selama sesuai dengan  perkembangannya) akan lebih merasuk pada jiwa dan terekam kuat pada ingatan anak. Begitu juga dengan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi sejak dini. Penyampaian yang wajar, jujur, dan sederhana, serta menggunakan bahasa yang mereka pahami, akan membentuk konsep diri anak yang positif. Anak juga bisa melindungi kesehatan diri serta menjaga diri dari ancaman kekerasan seksual.

Penjelasan mesti diberikan terus-menerus. Edukasi seks tak dapat diberikan sekali lalu kita berharap langsung dipahami anak saat itu juga. Tentu tidak. Dalam hal ini dituntut kesabaran dan keuletan dari kita. Orangtua mesti siap bersikap seperti “kaset rusak” yang tak henti dan tak lelah mengulang-ulang informasi yang itu-itu saja. Pilih momennya yang tepat. Umpama, saat anak hendak memakai celana atau ketika ia mandi. “Maaf, Ibu bersihkan penisnya supaya bersih dan sehat.” Kata-kata seperti itu akan membuat anak tahu bahwa area itu merupakan bagian yang sangat pribadi, bahkan seorang ibu pun harus meminta izin bila hendak memegangnya.

TOPIK SEKS              

Pendidikan seks sejak dini harus dimulai dari keluarga karena orangtua adalah orang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidikan seks yang bisa dibicarakan pada anak usia prasekolah adalah pengenalan identitas diri dan jenis kelamin, hubungan antara laki-laki dan perempuan, organ-organ reproduksi dan fungsinya, serta bagaimana menjaga kesehatannya, keterampilan menghindarkan diri dari kekerasan seksual, dan lain-lain

Pengenalan alat kelamin bisa dimulai dari pengetahuan tentang nama-nama dan fungsi anggota tubuh. Contoh, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, vagina/penis untuk buang air kecil, dan sebagainya. Hal ini dapat memudahkan pemahaman anak. Orangtua perlu menghindari istilah-istilah yang tidak benar terkait nama alat kelamin. Misal, memberi nama alat kelamin anak perempuan dengan “dompet” atau nama alat kelamin laki-laki dengan “burung”. Hal ini hanya akan menimbulkan kebingungan pada anak. Gunakanlah istilah-istilah seperti penis, vagina, payudara, dan sebagainya.

Selanjutnya, saat pendidikan seks, tekankan pada anak untuk selalu menjaga kebersihan alat kelamin setelah buang air besar dan kecil. Ajarkan ge-rakan membersihkan anus pada si Upik, yakni dari vagina ke arah anus. Hal ini untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina. Setelah itu keringkan alat kelamin dengan handuk kering yang bersih. Gunakan air bersih untuk alat kelamin dan anus. Jangan lupa cuci tangan kembali dengan sabun dan air bersih.

Hilman Hilmansyah