Anakku bohong

By Ipoel , Jumat, 10 Januari 2014 | 08:55 WIB
Anakku bohong (Ipoel )

TabloidNakita.com - Berita-berita korupsi marak ditayangkan media di Indonesia. Beragam tokoh dengan jabatan tinggi satu per satu dijebloskan ke penjara karena tuduhan korupsi. Sebut saja Akil Mochtar, Ratu Atut Chosiah, Andi Malaranggeng, dan terakhir Anas Urbaningrum.Sebagai orangtua, tentu kita ingin anak menjadi sosok yang jujur, sehingga saat besar nanti dia terbebas dari korupsi, bahkan berada di garda terdepan dalam memberantas korupsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan mereka untuk jujur, dan sigap mengatasi saat mereka berbohong. Sebab, berbohong merupakan awal dari tindak ketidakjujuran yang dapat berujung pada perilaku korupsi. HADAPI ANAK YANG SUKA BOHONGApa yang Anda lakukan ketika anak bohong? Pada prinsipnya, begitu tahu anak bohong, segera koreksi perilakunya agar tidak menjadi kebiasaan. Adapun kiat-kiat menghadapinya, di antaranya:

* Bicaralah baik-baik dengannya. Hindari tuduhan, seperti "Adek bohong ya?" Tak perlu juga ia dimarahi/dibentak di hadapan orang lain atau teman-temannya. Perlakuan seperti itu hanya akan membuat anak bingung. Satu lagi, jangan mengancam. Jika anak merasa terancam, lain waktu ia tidak akan mengaku, bahkan akan berusaha mengarang kebohongan lain.    

* Lakukan pendekatan yang bersahabat. Cari tahu benarkah anak bohong dan untuk apa berbohong. Jadi, sekali lagi, bukan untuk mempermalukan. Gunakan pertanyaan terbuka saat menggali penyebab. "Ibu baru melihat barang yang bagus ini, Adek dapat dari mana?“ Tekankan juga pada sang buah hati bahwa ibu/ayah tak akan memarahi kalau ia bersikap jujur atas apa yang terjadi.

* Kadang kala anak bohong fantasi, ia sejatinya sedang berimajinasi. Untuk bohong fantasi, berikan tanggapan positif lalu jelaskan gambaran yang sebenarnya. Contoh, anak bercerita ia melihat seekor ular yang bisa terbang. Bagi orang dewasa tentunya ini hanyalah cerita fiktif yang dibuat-buat, tetapi tanggapan positif yang harus diungkapkan adalah dengan meluruskan bahwa ular tidak bisa terbang karena tidak memiliki sayap. Berikan penjelasan yang mengandung unsur moral bahwa jika  anak berbohong akan membuat orang-orang/teman-teman di sekelilingnya tidak percaya lagi kepadanya bahkan akan menjauhinya.

* Bila ada kecurigaan si kecil berdusta, hindari cara menginterogasi (mengajukan rentetan pertanyaan supaya anak mengakui kesalahannya). Lebih bijak bila kita mengumpulkan bukti-bukti dari sumber lain. seperti guru ataupun pihak lain yang dekat dengan anak.

Setelah yakin, bahwa ia memang tidak berkata jujur, bicarakan hal itu dengannya. Fokuskan pada solusi bukan menyalahkan anak.

Contoh, anak berkata ia tidak mendorong temannya. Konfirmasikan hal tersebut dengan saksi-saksi di tempat kejadian. Bila kedapatan memang anak yang melakukannya, tunjukkan pada anak fakta yang menjadi masalah lalu bersama mencari jalan keluarnya. "Mama Andi bilang bahwa kamu mendorong Andi sampai menangis. Mama tahu Kakak merasa bersalah. Yuk, Mama temani Kakak minta maaf supaya Andi mau bermain dengan Kakak lagi."

* Berikan penghargaan atas perilaku jujur yang dilakukan anak, dengan pujian, pelukan, elusan, angkat jempol, dan sebagainya. Walaupun mungkin apa yang dikatakan anak adalah perbuatan yang salah, misalnya merusak barang, namun kita tetap harus menghargai kejujurannya. Apresiasi kejujurannya, sambil mengarahkan perilakunya. Tunjukkan kesalahan anak dan apa akibatnya serta bagaimana supaya dia tidak mengulanginya. Yakinkan si kecil untuk selalu mau mengatakan yang sebenarnya. Bila ia memecahkan gelas, katakan padanya bahwa tak masalah gelas pecah, yang penting anak mengakuinya dan berhati-hari kelak. Ia diajarkan untuk tidak bohong sejak dini. 

* Orangtua menjadi contoh untuk selalu berbuat jujur. Umpama, menepati janji, mau mengakui kesalahan, tidak berkata bohong kepada anak maupun orang lain.

* Kebiasaan bohong anak juga dapat dicegah dengan mempererat hubungan orangtua dan anak. Kedekatan akan membuat anak lebih terbuka karena ada rasa saling mempercayai dan menghargai. Sebaliknya, anak yang selalu mendapat kecaman, umumnya saat dewasa akan memiliki kepribadian yang tidak menyenangkan. Salah satunya adalah sering berbohong.

* Pembentukan suatu perilaku harus dilakukan dengan pembiasaan yang konsisten. Tujuannya agar anak tidak bingung, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Yang perlu diingat, dalam menunjukkan perilaku harus disertai contoh-contoh sehingga dapat membantu anak memahaminya. Contoh, kita ingin menjelaskan tentang perilaku berbohong, selain pengertian arti kata juga tunjukkan dengan contoh seperti, "Kalau ada anak yang merusak barang, namun ia mengatakan bahwa anak lainlah yang merusak barang itu, maka ia telah bohong." Setelah memberikan penjelasan dan contohnya, pastikan bahwa anak memahami apa yang sudah dijelaskan dengan bertanya kembali. Intinya, bijaklah dengan meluruskan perilaku anak, bukan dengan memarahi apalagi menghukumnya. Jangan bohong lagi ya Nak.