Ajarkan Konsistensi Pada Anak

By Ipoel , Kamis, 5 Desember 2013 | 04:00 WIB
Ajarkan Konsistensi Pada Anak (Ipoel )

TabloidNakita.com - Mengapa pembelajaran konsistensi itu penting? Sebab, jika sedari dini anak sudah diajarkan aturan/nilai-nilai atau apa pun secara konsisten, baik di rumah maupun sekolah, dia akan tumbuh menjadi pribadi berkarakter. Selanjutnya sesuatu yang dibangun/diterapkan secara berkelanjutan akan menjadi pegangan atau patokan moral kelak. Anak akan mempunyai pemahaman/konsep berpikir untuk bisa mematuhi sesuatu. Jika cara berpikirnya benar, anak akan mempunyai pertimbangan lebih matang dalam melakukan suatu tindakan.

Landasan norma/nilai yang sudah terbangun ini akan terlihat dalam perilaku si anak. Meski nanti dalam lingkungan anak menghadapi suatu yang tidak konsisten, namun karena anak memegang/mempunyai prinsip dasar yang konsisten, anak akan menjaga norma dasar tersebut.  Misal, anak dihadapkan pada suatu kesempatan untuk melakukan kesalahan, namun karena cara berpikir si anak benar, ia akan mempunyai banyak pertimbangan. Apakah itu pertimbangan akan salah dan benar, beresiko dan tidak, dan sebagainya. Pribadi seperti ini akan terjadi dan muncul begitu saja ketika ia dewasa. Tetapi peletakkan dasar mengenai konsistensi ini terjadi sejak usia dini di prasekolah. Di saat inilah orangtua harus membangun nilai-nilai dasar dalam diri anak, yang kelak akan menjadi karakter pribadinya.

Hal penting dalam mengajarkan konsistensi, yaitu perlunya kesepakatan dalam keluarga ketika menerapkan segala sesuatu. Apakah itu mengenai disiplin, aturan, nilai-nilai, kebiasaan, dan lain-lain. Orang-orang dewasa yang ada dalam lingkungan anak seperti nenek-kakek, om-tante, atau pengasuh juga harus diberi penjelasan oleh orangtua mengapa  aturan tertentu diterapkan, bagaimana pula menyikapi anak dengan cara yang sama, dan konsekuensi yang sama bila aturan itu dilanggar, dan sebagainya. Jadi seharusnya sudah ada kesepakatan bersama di antara anggota keluarga di rumah. Karena anak belajar dari apa yang dilihat dan diamatinya dari lingkungan. Jadi ketika anak meminta sesuatu pada ibunya, maka apa,pun keputusan ibu harus sama dengan keputusan ayah atau orang dewasa lainnya ketika anak meminta hal sama pada mereka. Anak usia ini juga sudah bisa diberi pemahaman, jika segala sesuatu diberi penjelasan dan diajak bicara baik-baik.

Contoh, orangtua menerapkan aturan pada anak tak boleh makan sambil nonton TV. Orangtua harus memberi contoh yang konsisten dari apa yang diterapkan pada anak tersebut. Jadi, orangtualah yang harus disiplin terlebih dulu. Jangan sampai aturan tersebut dilanggar oleh orangtua sendiri. Misal, ketika ayah pulang sedang ada pertandingan bola di TV. Sementara ayah pun lapar dan ingin makan. Jangan sampai kemudian ayah makan sambil nonton bola. Hal ini telah mencontohkan ketidakkonsistenan orangtua.