TabloidNakita.com - Gadget akrab dimainkan anak. Sayangnya, ada beberapa sisi negatif gadget yang perlu orangtua tahu. Pertama, gadget bersifat satu arah dan tidak ada komunikasi. Bila tidak ada interaksi ketika ada nilai-nilai yang salah atau tidak sesuai lewat film yang ditonton atau games yang dimainkannya, anak tidak akan tahu. Karena tidak ada yang akan meralat dan memberitahu si prasekolah ini, sehingga ia tidak belajar mengenai nilai-nilai seperti benar-salah, misalnya.
Gadget juga dapat menstimulasi motorik halus tangan anak dengan cara menekan tombol-tombol gadget, misalnya. Namun, ada cara lain mengasah motorik halus yang lebih disarankan untuk anak seperti meronce, bermain dengan memilah kacang hijau di antara kacang tanah, dan lain-lain. Semua itu lebih berguna karena membutuhkan koordinasi motorik, melatih ketelitian, ketekunan, dan lain-lain.
Perlu diketahui bahwa games semula diciptakan memang untuk menstimulus otak anak-anak yang mempunyai mental terbelakang (mental retarded) atau berkebutuhan khusus. Maka itu diciptakan dalam bentuk yang sederhana. Seiring perkembangan teknologi yang lebih canggih dan kemampuan animasi yang lebih baik maka, games pun menjadi beragam dan banyak untuk dewasa. Sayangnya, games yang beredar ini sering kali tidak ada panduan untuk usia pemainnya.
Banyak dijumpai anak prasekolah (4-5 tahun) yang memainkan games dewasa. Contoh, ada permainan di mana jagoannya adalah seorang pencuri. Tentunya film ataupun games dengan nilai-nilai yang salah seperti ini akan masuk ke dalam pikiran anak. Akhirnya, apa yang masuk ke dalam otak, anak akan membangun sistem kepercayaan dan sistim nilai si anak. Sistim nilai anak menjadi berubah bahwa mencuri itu suatu hal yang normal dan mencuri itu keren. Kalau tidak mencuri berarti tidak normal. Bisa saja terjadi anak bercita-cita menjadi pencuri atau meniru perilaku jagoannya yang mencuri. Masih banyak film-film ataupun games lainnya yang bernuansa kekerasan atau nilai-nilai yang mungkin tidak sesuai buat anak.
Pada anak yang dikenalkan gadget lebih dini apakah itu menonton televisi atau games lewat gadget, memungkinkan timbulnya kecanduan. Secara psikologis, terutama games sebenarnya didesain untuk membuat penggunanya menjadi kecanduan. Karena ada beberapa teknik yang digunakan antara lain menjadikan seseorang juara dengan cara mengalahkan (beating games), dan ada juga dengan cara mengumpulkan nilai secara besar-besaran. Bila anak sudah kecanduan,dia akan berusaha untuk mempertahankan kemenangannya agar tidak mengalami kekalahan. Bisa-bisa anak maunya main games terus bahkan sampai tidak tidur, misalnya agar bisa mengumpulkan banyak angka.
Umumnya, pengaruh kecanduan games lebih parah terjadi pada anak yang pintar dengan IQ tinggi dibandingkan dengan anak yang IQ-nya rendah. Karena anak yang pintar biasanya lebih sering memperoleh kemenangan, sehingga dia menjadi lebih ambisius. Berbeda dengan anak yang IQ-nya rendah dia bisa jarang menang sehingga membuatnya merasa mudah bosan. Jadi intensitas kecanduannya lebih rendah pada anak ini.