Nakita.id - Digigit nyamuk langsung bentol, memerah, bahkan kemudian muncul menjadi koreng.
Istilah lainnya adalah darah manis pada anak.
Istilah darah manis kerap ditujukan pada anak yang memiliki banyak bekas luka pada kulitnya.
Lantaran digigit nyamuk saja misal, bisa menjadi luka yang susah sembuh dan lantas menjadi koreng.
Soal penyembuhan “darah manis” ada berbagai mitos yang tersebar.
Baca juga: 5 Masalah Kulit Bayi Baru Lahir Serta Solusinya
Ada yang menyarankan penderita “darah manis” perlu mengonsumsi dedaunan yang pahit-pahit seperti daun pepaya atau jejamuan.
Ada juga yang meyakini darah manis bisa diatasi dengan daging ular atau daging reptil.
Apa sebenarnya darah manis ini? Berikut jawabannya:
Menanggapi istilah darah manis yang diberikan awam, menurut Dr. Radijanti Anggraheni, SpKK., adalah kurang tepat, karena darah anak tidaklah terasa manis.
Anak yang mudah korengan terkadang terkait dengan kondisi dematitis atopik yang diidapnya.
Kulit para penderita atopik cenderung hipersensitif, kering, mudah gatal, bahkan oleh penyebab ringan sekali pun.
Baca juga: 5 Ruam Kulit yang Sering Dialami Anak
Misal, rasa gatal setelah digigit nyamuk pada penderita atopik adalah rasa gatal yang luar biasa.
Lantaran itulah anak bisa menggaruk-garuk tanpa henti. Garukan itu akhirnya menghasilkan luka yang proses penyembuhannya lama, dikarenakan sudah terkontaminasi bakteri dari tangan/kuku anak.
Biasanya, kondisi suka menggaruk-garuk luka ini terjadi sampai usia sekolah dasar. Sebab hingga usia tersebut umumnya anak belum peduli pada penampilan.
Dermatitis atopik merupakan penyakit keturunan. Orangtua menurunkan kondisi sensitivitas kulitnya (yang ditandai dengan peradangan kulit kronis serta kelembapan kulit yang rendah/kulit cenderung kering) pada anak.
Penyakit kulit ini pun lebih sering terjadi pada anak yang memiliki bakat alergi atau asma.
Akibat adanya reaksi alergi, tubuh penderita segera bereaksi bila kemasukan alergen.
Baca juga: 4 Masalah Kulit yang Banyak Dialami Bayi
Pada saat terjadi reaksi alergi, tubuh akan melawan dengan menghasilkan lebih banyak zat antibodi jenis protein imunoglobulin E (IgE).
Jenis protein inilah yang salah satunya terdapat pada kulit. Saat IgE bekerja, jaringan kulit juga turut aktif mengeluarkan zat-zat seperti histamine, cytokines, dan leukotrines.
Zat-zat inilah yang memberi respons alergi seperti hipersensitif pada kulit yang menyebabkan gatal, kulit menjadi mudah meradang dan luka mudah berbekas pada kulit.