Pergi ke Sekolah Sendiri (2)

By Ipoel , Senin, 4 November 2013 | 05:30 WIB
Pergi ke Sekolah Sendiri (2) (Ipoel )

Ada beberapa elemen lain yang tak kalah penting sebagai "modal" kesiapan anak untuk pergi ke sekolah sendiri, di antaranya adalah:

      

* Mengenal identitas diri.

Sejak usia batita sebenarnya anak sudah diajarkan untuk mengenal identitas diri, semisal nama panggilannya, nama ayah-ibu, kakak, dan keluarga dekatnya. Di usia prasekolah, pengenalan identitas diri berlanjut lebih luas, contoh, di mana sekolahnya, nama jalan/alamat rumah, nomor telepon rumah dan sebagainya. Pengenalan diri/identitas ini bermanfaat manakala ada sesuatu yang tak diinginkan, kalau anak tersesat, umpama.

Namun karena umumnya anak panik bila tersesat, tak sedikit orangtua yang menyimpan sejenis kartu di saku anak yang bertuliskan nama anak, nama orangtua, nomor telepon, alamat rumah, untuk memudahkan seseorang membantu anak bila tersesat.  

      

* Pastikan kenyamanannya.

Bila si prasekolah menggunakan jasa kendaraan antar-jemput atau memanfaatkan becak atau ojek, pastikan ia merasa nyaman. Kenali dan ketahui identitas/reputasi sang pengemudi apakah ia orang baik-baik dan dapat dipercaya untuk mengantar-jemput si prasekolah. Sudah berapa lama ia menjadi petugas antar-jemput di sekolah itu atau pengemudi becak/ojek; bagaimana sikapnya pada anak-anak, dan sebagainya. Kemudian, minta pada pengemudi untuk menjalankan kendaraan dengan baik, tidak ngebut atau ugal-ugalan, dan minta ia untuk membantu si prasekolah saat naik atau turun dari/ke atas kendaraan. Si prasekolah juga harus diturunkan di lokasi yang aman, di depan rumah (saat diantar pulang) dan dekat dengan pintu gerbang sekolah (kala diantar ke sekolah). 

Minta anak duduk dengan baik di kursi mobil, tidak bercanda yang keterlaluan dengan teman-temannya di dalam mobil, tidak membuka jendela mobil dan mengeluarkan tangan atau melongokkan kepala.

Begitu pula bila si prasekolah diantar-jemput oleh pengemudi becak atau ojek. Terapkan aturan-aturan tertentu agar semuanya berjalan aman, nyaman dan lancar.   

      

* Kenali aturan di jalan.

Mungkin saja jarak dari rumah ke sekolah terbilang dekat, sehingga anak pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Tentu akan lebih baik, bila ia pergi bersama anak tetangga yang bersekolah sama atau satu arah dan didampingi pengasuh/pengantar.

Kalaupun harus pergi sendiri, pastikan lokasi sekolah memang masih terjangkau oleh pandangan kita, masih satu deretan rumah di jalan yang sama, atau masih dalam satu kompleks dan tidak sampai melewati/menyeberangi jalan raya. Yakinkan anak bahwa dirinya hafal "rute" rumah ke sekolah begitu pula sebaliknya.   

Setelah meyakinkan bahwa rute yang dilalui relatif aman, tidak ramai dengan  lalu lalang kendaraan, ajari anak mengenal aturan atau tata tertib di jalan. Misalnya, kalau berjalan hendaknya di pinggir/trotoar. Kalau hendak menyeberang, lihat kiri dan kanan untuk memastikan apakah jalanan kosong dan tak ada kendaraan yang hendak melintas. Menyeberang jangan sambil berlari, tapi berjalan dengan tetap waspada melihat kiri dan kanan. Pastikan berjalan tidak di tengah tapi di bagian kanan jalan. Tidak berlari-lari menuju sekolah, tapi berjalanlah dengan baik. Bila ada kendaraan/motor yang hendak melintas, sebaiknya anak setop/berhenti dulu untuk membiarkan motor itu lewat lalu kemudian lanjut berjalan. Hal-hal  tersebut perlu dilatihkan agar anak paham akan aturan sebagai pengguna jalan.

Awalnya dampingi anak saat pergi ke sekolah, tapi biarkan ia berjalan di depan dari kita. Perhatikan bagaimana pemahamannya akan aturan berlalu lintas, apakah tertib atau justru sebaliknya.

      

* Jalin komunikasi dengan pihak sekolah.

Beri tahu guru kelas bahwa anak sedang latihan pergi dan pulang sendiri. Dengan begitu, guru akan memberinya perhatian. Seperti ketika hendak pulang dipastikan sudah naik kendaraan jemputan. Atau ketika pulang dengan berjalan kaki, guru mengingatkan anak untuk menjaga keselamatan dan keamanannya, misal setop bila ada kendaraan lewat, dan sebagainya.  

Tak ada salahnya bila kita menelepon pihak sekolah di jam sebelum masuk sekolah ataupun pulang sekolah untuk memastikan apakah anak sudah sampai di sekolah tepat waktu, begitu juga ketika jam pulang sekolah.

      

* Sesekali dampingi anak.

Di hari Sabtu, contoh, ayah/ibu mengantar-jemput anak sehingga ia tak merasa dirinya diabaikan tapi tetap mendapat perhatian.