Sudah Gede Masih Ngedot

By Ipoel , Rabu, 19 Juni 2013 | 05:00 WIB
Sudah Gede Masih Ngedot (Ipoel )

Si prasekolah masih ngedot? Dih, udah gede kok masih ngedot. Kebiasaan mengedot yang masih dilakukan di usia prasekolah bisa disebabkan dua hal, yaitu faktor genetik dan kebiasaan yang dikembangkan di rumah. Belum pernah dilakukan penelitian, mana yang lebih dominan menjadi penyebab. Namun sebagai pengetahuan, penyebab genetik timbul karena di usia sebelumnya kemampuan fisiologis anak untuk menerima rangsang oral motor tidak berkembang. Biasanya ditandai dengan ciri muntah bila diberi makanan yang sedikit keras. Begitu pun kalau digosok giginya, dia akan bereaksi seperti orang mau muntah. Akibatnya, anak tak mau makanan yang agak kasar dan ia merasa nyaman dengan mengonsumsi susu saja. Apalagi kemudian bila orangtua membiarkan kebiasaan tersebut tanpa dicari penyebabnya. Akibatnya semakin sulit digantikan.

Penyebab lainnya adalah pembiasaan orangtua yang tidak berusaha menyapih dari botol di usia transisi, yaitu sekitar 2 tahunan. Mungkin karena orangtua membuktikan sendiri mengedot dapat membuat anak relaks dan menghentikan tangisan atau kerewelan. Akhirnya keterusan, bila tidak mengedot, anak merasa ada sesuatu yang hilang. Timbul rasa ketergantungan si prasekolah pada botol dot.

Sangat disarankan kebiasaan mengedot ini dihentikan di usia prasekolah agar tak berlanjut di usia SD. Mengapa? Pertama, dilihat dari sudut pandang perkembangan emosi, terus mengedot “mengancam” kematangan pribadinya. Bila anak merasa tak nyaman atau ada masalah lainnya, jalan keluar yang dikenalnya hanyalah mengedot. Padahal di usia prasekolah harusnya anak sudah bisa mengemukakan pendapat kepada orangtuanya untuk mencari jalan keluar bagi problemnya. Mengedot merupakan pelarian yang sesungguhnya cerminan anak yang tak mandiri. Dampak lainnya,  anak yang masih mengedot akan sulit mengatasi kecemasannya. Ia menjadi anak yang pencemas. Sifat pencemas ini bisa membuat anak memiliki sifat-sifat yang egois dan keras kepala, karena ia akan selalu menuntut kebutuhan atau keinginannya untuk selalu terpenuhi. Akibat selanjutnya, anak tak mempunyai rasa malu, empati, dan rendahnya sensitivitas terhadap lingkungan.

Selain itu, di usianya ini anak tentu tengah belajar bergaul atau bersosialisasi. Jika anak masih mengedot, bisa saja ia menjadi malu dan minder kalau diketahui teman-temannya. Apalagi bila kemudian menjadi bahan cemoohan atau ejekan teman-temannya.

Kebiasaan mengedot juga akan memicu perkembangan area oral motor yang tidak maksimal. Seperti, perkembangan giginya menjadi tak bagus atau mudah mengalami gigi rusak. Bisa juga berdampak pada kemampuan berbicara yang tak lancar atau kurang jelas dalam pengucapan artikulasinya. Untuk hal ini, Tri memberikan gambaran lewat perkembangan oral motor/organ mulut anak. Ada enam area oral motor yaitu dari leher, wajah dan bibir, otot dalam, gigi, langit-langit atas (palatum), dan lidah.Perkembangan oral motor ini sudah distimulasi dengan baik sejak awal bayi lahir dengan mengisap ASI hingga usia 6 bulan. Kemudian stimulasinya meningkat dengan kemampuan gerak mulutnya yang dikenalkan dengan makanan pendamping ASI secara bertahap, dari bentuk makanan halus hingga kasar. Itu sebabnya, menjelang usia 2 tahun anak harus sudah mulai disapih dari ASI maupun botol dot. Hal ini karena anak harus mengembangkan kemampuan organ mulutnya.

Selanjutnya di usia 18 bulan organ mulut anak sudah mulai matang. Di usia ini, anak mulai belajar dari minum botol dot ke gelas bermoncong, lalu dengan sedotan yang bergradasi dari sedotan besar dan kecil. Begitu pun isi yang disedotnya dari bentuk jus hingga air. Kemampuan gigi pun berfungsi dari menggigit, mencabik makanan hingga mengunyah dengan baik. Palatum dan lidah berkaitan dengan kemampuan taktil oralnya bagaimana anak nantinya dapat mencapai artikulasi-artikulasi ujaran seperti huruf "s", "r", dan sebagainya dengan jelas.

Jika terus mengedot, perkembangan seperti yang digambarkan di atas tidak berjalan semestinya sesuai waktu. Akibatnya kemampuan oral motor pun terpengaruh. Padahal kemampuan fase oral ini berkaitan sekali dengan kemampuan anak dalam menggunakan area mulutnya. Kemampuan oral motor matang di usia 2 tahun. Kematangannya ditandai dengan kelancaran anak berbicara.