Setelah usia setahun, si kecil mengalami pertumbuhan fisik yang luar biasa. Berat badannya bertambah hingga 50%, begitu pun tingginya bertambah 10 cm per tahun, sementara ukuran otaknya menjadi dua kali lipat. Kemampuan motorik kasar dan halusnya juga makin berkembang, tak hanya mampu berjalan, tetapi juga berlari, dan melompat. Koordinasi gerakan dan keseimbangan tubuhnya sudah lebih baik. Pendeknya, si batita sudah mampu melakukan banyak hal sendiri. Tak heran bila ia sangat aktif, menghampiri apa pun yang menarik perhatiannya, dan mengeksplorasinya. Ia senang mencoba-coba sesuatu, semisal mengacak-acak makanan, buka-tutup kulkas berulang kali, membongkar isi laci lemari, dan sebagainya. Itulah mengapa, usia batita disebut juga usia bereksplorasi.
Orangtua harus mendukung batita bereksplorasi karena dari eksplorasi inilah ia banyak belajar yang berarti mengasah kecerdasannya juga. Yang perlu kita lakukan adalah memberikan batasan-batasan yang jelas, mana yang boleh dan tidak boleh dia lakukan, tentu disertai alasannya. Gunakan bahasa yang sederhana sesuai dengan daya tangkap anak. Orangtua juga harus memerhatikan asupan gizinya. Bagaimana mungkin si buah hati dapat bereksplorasi kalau kebutuhan gizinya tidak terpenuhi? Bukankah untuk bereksplorasi membutuhkan tenaga? Ditambah lagi, perhatian/konsentrasi anak pada saat makan mudah terganggu dengan aktivitas yang lebih menarik. Kalau sudah begini, asupan gizinya bisa-bisa tidak terpenuhi. Dampaknya, tumbuh kembang anak pun tidak optimal, termasuk kecerdasannya.
Penting diperhatikan, di usia batita, anak adalah konsumen pasif. Maksudnya, makanan yang ia konsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh Mama. Jadi, Mama berperan besar dalam membentuk kebiasaan makan yang baik pada anak, salah satunya memenuhi kebutuhan gizi anak. Untuk itu, Mama perlu memerhatikan rumus 3 J + 1 A, yaitu Jumlah, Jenis, Jadwal, dan Aman. Berikut penjelasannya.
• Jumlah
Sesuaikan porsi makanan dengan kebutuhan tubuh anak. Mengacu pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan per orang per hari, anak usia 1—3 tahun dengan berat badan (BB) 12 kg dan tinggi badan (TB) 90 cm membutuhkan 1.000 Kal energi dan 25 g protein.
• Jenis
Makanan yang dikonsumsi anak haruslah mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral. Karbohidrat yang merupakan makanan pokok, dapat diperoleh dari nasi, roti, mi, kentang, pasta, havermut, dan lainnya. Untuk protein, ada lauk hewani (ikan, telur, daging sapi, ayam/bebek) dan lauk nabati (kacang-kacangan, tahu, tempe).
Untuk lemak, yang terbaik bagi batita adalah omega 3 (asam Linolenat), omega 6 (asam Linoleat), dan DHA (Docosahexaenoic Acid/Asam Dokosaheksaenoat) karena sangat bagus untuk tumbuh kembang otak, bisa diperoleh dari ikan laut seperti seperti tuna, gindara, sarden, salmon, makarel, dan hering. Sedangkan vitamin dan mineral diperoleh dari sayuran dan buah-buahan yang juga merupakan sumber serat.
Penting diingat, tak ada satu pun bahan makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya yang optimal. Itulah mengapa, makanan yang dikonsumsi anak harus beragam dan bervariasi agar terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi, selain juga menghindarkan anak dari kebosanan lantaran sajian menu yang sama setiap hari.
Hal lain yang juga penting, anak di atas 1 tahun berisiko kekurangan asupan zat besi dan kalsium. Padahal kedua zat gizi ini sangat penting. Kecukupan zat besi menghindarkan anak dari anemia, sementara kalsium bermanfaat untuk pembentukan tulang serta mempertahankan kepadatan tulang dan gigi. Nah, untuk mengurangi risiko defisiensi kedua zat tersebut, lengkapi menu harian anak dengan dua gelas susu (pagi dan malam). Alangkah baiknya bila susu tersebut juga dibuat dengan minyak ikan yang mengandung asam alfa Linolenat sebagai asam lemak esensial dan dilengkapi dengan Prebiotik FOS-GOS yang dapat membantu mempertahankan fungsi saluran pencernaan.
• Jadwal
Hal ini terkait dengan frekuensi pemberian makanan pada batita, yaitu 3 kali makan utama (pagi, siang, sore) dan 2—3 kali makan camilan sehat (di antara dua waktu makan utama), ditambah 2 kali minum susu (pagi dan malam sebelum tidur). Biasakan anak makan pada jam-jam yang sama setiap hari, misalnya sarapan setiap pukul 7, lalu makan camilan pukul 9, makan siang pukul 12, dan seterusnya. Jikapun bergeser, sebaiknya tak lebih dari 10—15 menit, karena kalau kelamaan, semisal sampai 1 jam, akan membuat jadwal makannya kacau.