Prasekolah Si Pengamat

By Ipoel , Rabu, 10 April 2013 | 05:00 WIB
Prasekolah Si Pengamat (Ipoel )

Anak-anak prasekolah memang suka mengamati atau meneliti sesuatu yang menarik minatnya. Apa yang diminatinya ini bisa bermacam-macam. Bisa objek yang ada di depan mata, kejadian dalam berita, isi buku, atau eksperimen-eksperimen kecil yang diprakarsainya sendiri karena didorong rasa ingin tahu yang besar. Dorongan ini muncul dari cara berpikirnya yang berkembang dalam taraf praoperasional. Artinya, si prasekolah sudah mampu menganalisis peristiwa atau gejala dengan melihat hubungan sebab-akibat meskipun masih sederhana, yaitu hubungan sebab-akibat yang konkret. Apa yang menjadi objek pengamatan atau pemikiran anak tentunya meliputi hal-hal yang diminatinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terkait pula dengan proses anak menentukan fokus perhatian dan melakukan konsentrasi.

Kesukaan anak mengamati dan meneliti  patut diapresiasi orangtua agar kemampuan berpikirnya bisa berkembang optimal. Lagi pula anak juga memperoleh banyak manfaat dari kegiatan mengamati dan  meneliti yang dilakukannya. Untuk itu, ada hal-hal yang dapat dilakukan orangtua agar semua ini tercapai.

1. Hadapkan pada peristiwa langsung.

Si prasekolah akan lebih mudah memahami sesuatu dengan cara mengamati atau mengalami langsung. Misalnya, sulit baginya membayangkan proses perubahan yang terjadi dari ulat menjadi kepompong lalu menjadi kupu-kupu. Barulah setelah diperlihatkan gambar atau objeknya yang nyata, ia dapat memahami peristiwa itu.

2. Diskusikan peristiwa.

Bila pengamatan langsung tak memungkinkan, anak bisa didorong untuk tertarik membicarakan suatu objek/peristiwa yang dimuat di buku/majalah atau ditayangkan di film/televisi. Misalnya balap mobil yang menjadi perhatian si prasekolah. Mengapa ada balap mobil, apa yang disebut lintasan, siapa yang menjadi pemenang, dan sebagainya. Hal ini bisa menjadi bahan diskusi yang menarik jika orangtua dapat memberikan umpan pembicaraan dengan penuh semangat, imajinatif, dan kreatif.

3. Bantu anak dengan melakukan percobaan-percobaan.

Buatlah eksperimen sederhana, misalnya mengapa air tumpah kalau gelas dimiringkan untuk mengetahui sifat air yang mengalir mencari tempat yang lebih rendah. Percobaan tentang air bisa juga menggunakan keran air, air di ember, air mengalir dari selang, dan sebagainya..

4. Dampingi kala anak melakukan pengamatan.

Contohnya ketika anak mengamati mendung yang gelap dari balik jendela, orangtua bisa memberikan masukan, bahwa langit gelap, angin yang bertiup agak kencang, dan gemuruh petir menandakan akan turun hujan. Manfaatkan pula momen bersama anak ini untuk menjelaskan proses terjadinya hujan, dampaknya, serta fenomena alam seperti pelangi yang muncul sehabis hujan. Dengan begitu, anak akan memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru. Hal ini akan memperluas wawasan pengetahuan anak.

5. Menjawab pertanyaan anak.

Berdasarkan pengamatan dan pemikirannya, anak akan banyak bertanya. Orangtua perlu memberikan penjelasan yang logis dan ilmiah dengan cara yang bisa dipahami anak. Rangsang rasa ingin tahu anak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Hal ini untuk memancing rasa ingin tahu anak dan merangsang proses berpikirnya.

Dengan membuka kesempatan untuk mengamati objek di luar dirinya, anak belajar memahami hal-hal baru yang dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan mengasah kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Kemampuan mengamati dan menganalisis perlu dikembangkan pada semua anak karena hal ini akan mendorong anak untuk berpikir secara sistematis dan logis. Kemampuan ini akan selalu berguna dalam menjalani kehidupan dan memecahkan persoalan. Contoh sederhananya, bagaimana anak berpikir, dia ingin bermain, tapi juga harus mengerjakan tugas sekolah.Tentunya anak dituntut berpikir logis,menetapkan prioritas dan menerapkan disiplin waktu agar kedua-duanya bisa dialakukan. 

Dengan pengetahuan yang dimilikinya, ketika si prasekolah berinteraksi dengan anak lain maka kemungkinan besar akan terjadi pertukaran informasi di antara mereka. Dengan kata lain, wawasan pengetahuan anak akan mendukung proses sosialisasinya. Bukan tak mungkin anak ini menjadi panutan teman-teman seusianya. Tentu saja penghargaan teman sebaya terhadapnya akan menaikkan rasa percaya diri, bukan?