Q & A Si Prasekolah (2)

By Ipoel , Jumat, 5 April 2013 | 07:00 WIB
Q & A Si Prasekolah (2) (Ipoel )

Anak saya kalau ngambek masih sering berguling-guling, berteriak, atau mengentakkan kaki. Wajarkah?

Seharusnya, anak usia prasekolah sudah lebih baik perkembangan kemampuan berbahasanya sehingga dapat mengekspresikan emosinya lewat kata-kata bukan amukan. Bila di usia ini anak masih melakukan aksi seperti itu berarti pengendalian emosinya memang belum mencapai tahap sempurna. Hadapi saja dengan sabar. Saat anak mengamuk, tidak perlu memarahinya, menasihati, membujuk ataupun berargumen karena anak tidak akan menanggapi. Lebih baik, dekaplah dirinya tanpa banyak bicara agar anak tenang. Atau kalau anak memberontak, diamkan saja hingga ia tenang. Orangtua sebaiknya tidak terpancing secara emosional dan bisa bersikap lebih sabar. Ketika kondisi anak sudah mulai tenang, orangtua bisa mengajaknya bicara untuk menggali penyebab aksi si anak dan juga mengajarinya bagaimana mengekspresikan perasaan dengan cara yang baik. Berikan pujian jika anak bisa mengekspresikan kekecewaan dan kemarahan lewat kata-kata yang baik, dan mampu mengendalikan emosinya.

Mengapa anak balita saya cenderung kidal (menggunakan tangan kiri lebih dominan)?

Di usia prasekolah kecenderungan kidal pada anak semakin jelas terlihat karena perkembangan motorik tangan sudah matang. Kecenderungan kidal juga umumnya ditemui pada anak laki-laki. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya yaitu faktor genetik. Ada dikatakan bila kedua orangtuanya atau salah satu orangtuanya kidal, maka kemungkinan anak akan kidal. Kidal bisa juga karena kekuatan otak kanannya lebih dominan ketimbang otak kirinya. Kemungkinan lain yaitu anak meniru dari orangtua atau kakaknya yang kidal dan orangtua membiarkan kebiasaan tersebut. Selain itu, bisa juga karena anak ingin mendapat perhatian orangtua. Jika ia menggunakan tangan kirinya ia mendapat respons dari orangtuanya.

Bila memang anak cenderung kidal, tak perlu dipaksakan berubah. Orangtua tetap bisa menyarankan anak untuk beraktivitas menggunakan tangan kanannya. Namun, jangan memaksakan bila memang anak merasa tidak nyaman. Meski bukan suatu keharusan menggunakan tangan kanan bagi anak yang kidal, orangtua tetap melatihkan penggunaan tangan kanannya. Hal ini bertujuan untuk dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kirinya. Selain itu, ajarkan pula anak menggunakan tangan kanan pada hal-hal yang berkaitan dengan nilai dan budaya seperti untuk bersalaman dan cium tangan. Orangtua hendaknya tidak merendahkan anak yang kidal atau memarahinya bila menggunakan tangan kiri. Karena akan membuat anak menjadi tertekan dan berpengaruh pada konsep dirinya yang menjadi rendah dan kurang percaya diri.

Sudah di TK besar, mengapa anak saya masih cadel, tidak bisa mengucapkan “r” dengan jelas? Apakah bisa berubah nantinya?

Bicara cadel bisa disebabkan beberapa kemungkinan. Bisa karena anak mempunyai masalah neurologi sehingga pusat bicaranya mengalami gangguan. Bisa juga karena anak menirukan bicara adiknya untuk mencari perhatian orangtua. Biasanya hal ini terjadi  sebagai peristiwa kemunduran/regresi pada anak. Begitu pula jika karena didorong rasa gemas dan sayang orangtua berbicara pada anak dengan aksen cadel.

Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilihat faktor penyebabnya.  Bila disebabkan gangguan pada pusat bicara, terapi dapat dilakukan dengan hasil yang akan menyesuaikan tingkat keparahannya. Semakin ringan gangguannya, semakin besar kemungkinan perbaikannya. Sedangkan untuk penyebab yang bersifat psikologis, orangtua sebaiknya mengupayakan perbaikan dengan memberikan perhatian lebih pada anak. Jika cadel disebabkan kebiasaan orangtua yang kerap berbicara kepada anak dengan dicadel-cadelkan, maka ubahlah kebiasaan ini. Bicaralah dengan pelafalan yang wajar dan benar kepada anak.

Bagaimanakah mengurangi kebiasaan main game si prasekolah?

Agar anak memiliki pola aktivitas yang seimbang, terapkan aturan berapa lama anak boleh main game dalam sehari atau seminggu. Libatkan anak dalam membuat aturan, jelaskan bagaimana penerapannya (terutama karena anak belum benar-benar paham  mengenai konsep lama-sebentar, jam, hari, dan sebagainya), gunakan alat bantu berupa jam weker, kalender, dan sebagainya.

Pendampingan orangtua pun perlu dilakukan, terutama dalam memilih materi game yang baik dan mendidik, selain menghibur. Kegemaran main game meskipun dapat menimbulkan kecanduan, jika dimanfaatkan dengan bijak sebetulnya dapat menambah pengetahuan dan kreativitas anak, selain melatih otot jemari dan melatih penggunaan komputer dan alat lainnya. Jaga jarak aman anak dengan layar TV maupun komputer. Jangan sampai terlalu dekat. Lamanya paling tidak satu jam atau kurang dari itu bila anak sudah lelah. Tanda-tanda gangguan akibat kecanduan game adalah lelah karena kurang tidur, timbul rasa panas dan nyeri pada otot tangan, serta mata perih. Segera batasi waktu main game-nya dengan disertai penjelasan bahwa ketidaknyamanan itu disebabkan oleh kebiasaannya main game terus-menerus.