Sikap asertif perlu dikenalkan di usia prasekolah sebab di tahapan inilah anak-anak memulai sosialisasinya di luar rumah untuk berteman dengan anak lain. Misalnya, ketika bermain peran, anak bisa mengungkapkan keinginannya menjadi seorang dokter. Di sini anak juga dilatih berkomunikasi dua arah dengan temannya. Anak yang tidak asertif akan sulit mengemukakan pendapatnya, tidak mudah dipahami, sehingga bisa saja timbul salah paham dan konflik dengan temannya.
Dengan modal sikap asertif, si prasekolah sudah dapat belajar menentukan sikap dan memutuskan apa yang diinginkan. Contoh, si prasekolah sudah berencana akan bermain sepeda dengan temannya. Namun, karena orangtuanya mengajak menjenguk neneknya yang sakit, maka anak dihadapkan pada dua pilihan. Anak yang asertif akan bisa menentukan pilihannya. Ia bisa mengatakan pada temannya untuk membatalkan bermainnya karena harus ikut ibu menjenguk neneknya yang sakit. Mungkin juga anak mengatakan pada ibunya keinginannya bersepeda dengan temannya dan tidak ikut ibu menjenguk nenek.
Sementara anak yang tidak asertif akan bingung bila dihadapkan pada sesuatu hal yang membutuhkan keputusan. Akhirnya yang tampak, anak tidak bisa menentukan sikap atau bahkan tampak diam saja, tak berani mengungkapkan pendapat/keinginannya yang sesungguhnya. Kalaupun dia ikut dengan ibunya atau main dengan temannya ia akan merasa uring-uringan atau menggerundel karena bukan keinginannya sendiri.
Semakin usia anak bertambah, sikap asertif ini akan sangat berguna dalam proses belajar secara akademisnya. Bila anak di sekolah ada hal-hal yang tidak dimengerti berkaitan dengan pelajaran ia punya inisiatif untuk bertanya apakah pada guru atau temannya, ia tidak akan diam saja. Selain itu, anak dalam proses belajarnya pun cenderung aktif, banyak menjawab pertanyaan, berani menunjuk tangan, mempertanyakan, mengajak diskusi dan sebagainya.
Di lingkungan pertemanannya dimana pengaruh peer group sangat kuat anak dapat terhindar dari pengaruh pertemanan seperti mengalami bullying dari anak lain karena anak berani menunjukkan sikap menolak dihina/dilecehkan. Begitu pun terhadap pengaruh pertemanan lainnya. Anak bisa menolak ajakan temannya yang mempunyai pengaruh buruk. Semisal, bila ada temannya yang mengajaknya merokok atau mencoba-coba narkoba, anak akan berani untuk mengatakan tidak. Jadi, anak yang bersikap asertif tidak akan merugikan dirinya sendiri.
Bahkan, dengan modal bersikap asertif, anak mampu menyikapi perilaku temannya dalam situasi-situasi yang negatif. Misalnya, ia bisa bersikap berani untuk mengoreksi sikap temannya bila ada yang berkata kasar, ”Kamu enggak boleh ngomong seperti itu. Itu, kan nama hewan di kebun binatang, bukan di sekolah.” Paling tidak anak sudah mengajarkan temannya dengan menunjukkan mana perilaku yang baik dan yang salah.