Cara Mudah Ini Sukses Mengatasi Anak yang Mogok Sekolah

By Ipoel , Senin, 4 September 2017 | 08:25 WIB
Bagaimana mengatasi anak yang mogok sekolah? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Salah satu masalah yang kerap dihadapi anak yang sudah mulai masuk sekolah adalah rasa malas. Anak kadang bisa tiba-tiba mogok sekolah. Untuk itu, Ibu perlu tahu cara jitu untuk mengatasi anak mogok sekolah.

1. Cari penyebab dan jalan keluarnya

Ada beberapa kemungkinan penyebab anak mogok sekolah seperti ada teman yang usil; guru yang tidak suportif (bersikap galak, mencubit); kegiatan sekolah yang kurang cocok; masalah bahasa (pada anak yang baru mempelajari bahasa, selain bahasa yang dipakainya sehari-hari); kebiasaan yang berbeda; kejadian traumatik (jatuh, kecelakaan, tindak kekerasan); perubahan dalam kehidupan keluarga/di rumah (pindah rumah, kelahiran adik baru, perceraian orangtua, pertengkaran rumah tangga); dan lain-lainnya.

Baca juga: Trik Meninggalkan Anak Di Sekolah Tanpa Menangis

Untuk mencari informasi, orangtua dapat menggalinya dari anak. Cari waktu yang tepat. Cobalah tanya langsung kepada anak, sehingga Ibu bisa menggali alasannya mogok. Selain itu, kita juga bisa mencari informasi kepada guru atau pengasuh yang setiap hari bersamanya. Dengan begitu, informasi yang didapat bisa lebih tepat dan akurat.  Setelah penyebabnya diketahui, cobalah cari jalan keluarnya. Jangan segan untuk meminta bantuan guru, pengasuh, dan psikolog guna mendapatkan solusi terbaik. Jangan lupa untuk tetap suportif pada anak. 

2. Memperkuat daya tahan psikologis

Dengan begitu, anak akan lebih tahan saat menghadapi berbagai peristiwa traumatis yang mungkin terjadi. Antara lain:

- Membentuk rasa percaya diri anak dalam menghadapi berbagai tuntutan.

- Menerapkan pola asuh yang tepat sehingga anak tahu mana yang salah dan benar.

- Menggali dan mendukung kemampuan anak di berbagai bidang sehingga ia memiliki rasa kompetensi (bisa melakukan sesuatu).

- Memberikan waktu khusus berkualitas untuk mencurahkan kasih sayang meski orangtua sibuk dan setia mendengarkan pemikiran dan perasaan anak. Dengan begitu, anak akan merasa ada sosok yang dapat melindungi dan bisa dijadikan tempat curhat.

- Mendorong anak untuk mandiri sesuai kemampuannya. Misalnya, membereskan mainan/alat tulisnya, menggosok gigi, makan, dan menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri sesuai kemampuan. Semuanya dilakukan sendiri dengan bantuan minimal dari orang dewasa.?