Si Prasekolah Dan Ibu

By Ipoel , Senin, 17 Desember 2012 | 20:00 WIB
Si Prasekolah Dan Ibu (Ipoel )

Dorongan belajar yang muncul di usia prasekolah perlu disambut dengan memberinya beragam pengalaman mengasyikkan. Banyak hal dapat dilakukan ibu bersama si kecil untuk menimba pengalaman yang merangsang berbagai aspek kecerdasannya.  Namun, ibu harus tahu seperti apa cara belajar anak prasekolah dan bagaimana menstimulasinya.

Meniru adalah cara belajar paling awal dan sederhana yang dilakukan anak sejak usia bayi. Pertama anak akan melakukan pengamatan pada sesuatu yang menarik baginya. Lalu mereka mulai belajar menirukan apa telah dilihatnya. Nah, siapa lagi kalau bukan ibu sebagai orang terdekat yang selalu diamati setiap hari dan kemudian ditirunya?

Dalam hal ini, anak diibaratkan sebagai busa (spon) yang dapat menyerap setiap tetes informasi yang ditemuinya. Kemampuan meniru ini terjadi sangat mengagumkan. Lebih tinggi daripada meniru, di usia prasekolah, anak juga belajar cara bersikap dan berperilaku, berinteraksi dengan orang lain, menerapkan nilai serta preferensi pribadi. Itulah yang disebut mengidentifikasi, ibu sebagai model peran terdekat bagi anak memiliki dampak langsung terhadap proses belajar ini.

Apa saja yang dapat ibu contohkan pada si kecil? Tentu banyak. Di antaranya menanamkan kebiasaan mengucapkan “tolong”, “maaf”, dan “terima kasih”.  Kalau ibu meminta si kecil melakukan sesuatu, mulailah dengan kata “tolong”. Jika anak mematuhinya, ucapkan “terima kasih”.  Begitu pula seandainya ibu membuat kekeliruan, jangan sungkan untuk meminta maaf kepada siapa pun termasuk pada si kecil. Kesantunan yang dicontohkan ibu membuat anak merasa dihargai, disayang, dan terdorong untuk menirunya.

• Bereksperimen

Dengan bereksperimen, anak belajar untuk menghargai dan menikmati proses. Ada banyak yang dapat ibu lakukan untuk mendukung cara belajar ini.  Antara lain kegiatan mencampur-campur warna cat dan membuat lukisan “Persahabatan Abadi”. Setelah warna yang diinginkan didapat, baluri telapak tangan si prasekolah dan telapak tangan ibu dengan cat. Lalu, buatlah cap tangan ibu dan anak di atas kertas yang sudah disiapkan,  sebagai lambang persahabatan abadi. Setelah cat kering, tempelkan lukisan itu di dinding agar si kecil bangga dan bahagia melihatnya.

• Berimajinasi

Anak menggunakan imajinasi sebagai cara untuk memahami dunia nyata. Berimajinasi dan bermain pura-pura (bermain peran) dilakukan untuk menghubungkan dirinya dengan realitas. Ya, ibu dan perannya dalam keluarga adalah salah satu realitas yang dipelajari anak secara intens sejak usia 3 tahun. Jika si kecil bermain peran menjadi ibu, manfaatkan hal ini untuk mengembangkan kemampuan afeksinya (kemampuan menunjukkan kasih sayang). Ibu bisa bertukar peran menjadi anak yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Berpura-pura menjadi orang dewasa, dalam hal ini ibu, memberikan perasaan akan kemampuan dan kekuasaan dalam diri anak.  Pelajaran tentang tanggung jawab seorang ibu juga bisa dikenalkan di sesi permainan pura-pura ini agar anak tergugah dan tahu betapa sayangnya ibu terhadap dirinya. Misalnya, dibuat adegan anak sakit dimana ibu menunjukkan perasaan khawatir serta cepat bertindak agar si anak tidak tambah sakit. 

Bebaskan anak berimajinasi apa saja. Ibu bisa memancingnya dengan ikut berimajinasi secara kreatif. Pemikiran yang kreatif dan inovatif biasanya dimulai dari khayalan. Inovasi inilah yang telah mempermudah hidup manusia. “Andai tempat  tidurku bisa dibersihkan dengan otomatis, kamarku bisa rapi terus.” Nah dari khayalan seperti itu siapa tahu nanti anak terdorong menciptakan tempat tidur inovatif.

• Mendengarkan Dongeng

Anak usia prasekolah juga belajar melalui dongeng yang mereka dengar dan lihat. Mengapa anak suka didongengi, terutama oleh ibu? Ketika didongengi, anak merasa dekat dengan ibunya. Anak juga diajak menyelami pengalaman para tokoh yang ada dalam cerita, membayangkan dan mengembangkannya dalam bentuk imajinasi. Karenanya, dongeng efektif digunakan oleh ibu sebagai media penanaman nilai-nilai yang baik, termasuk menerapkan pola hidup sehat dengan makan sayur dan buah setiap hari. 

Ibu bisa mengarang cerita tentang tokoh yang memiliki kehebatan atau kebaikan berkat makan sayur dan buah setiap hari.  Anak-anak umumnya akan mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang diidolakannya. Apa saja akan dilakukannya agar dianggap mirip si tokoh idola.  Nah, kalau pahlawan sayur dan buah itu sudah merasuki imajinasinya, mudah-mudahan tak ada lagi cerita anak tak suka sayur dan buah.