Orangtua sudah berusaha memberikan stimulasi di rumah, tetapi saat di TK anak masih bermasalah. Apa yang perlu dilakukan? Hal itu bisa saja terjadi. Orangtua bersama guru harus meluruskan sesuai dengan masalah yang ada. Jika tidak, akan memengaruhi efektivitas pembelajaran. Berikut beberapa permasalahan dan cara mengatasinya:
* Anak tidak bisa duduk diam
Ajak anak melakukan aktivitas tenang yang disukainya, apakah itu melihat/membaca buku, menggambar, mewarnai, ataupun memainkan mainan. Jika anak terlalu cepat jenuh dan ingin berpindah ke aktivitas lain, tarik perhatiannya kembali pada aktivitas yang sedang dilakukan dengan memperlihatkan cara lain dalam memainkan mainannya atau cara lain dalam membuat gambar (misal, dengan menggunting gambar dan menempel). Dengan berusaha memperpanjang rentang aktivitasnya, nantinya anak akan makin terlatih untuk duduk tenang dan menyelesaikan aktivitasnya.
* Anak tidak bisa menyesuaikan diri dengan teman dan aturan sekolah
Di waktu luang, ajak anak bermain/berinteraksi dengan teman/anak lain. Berikan pengertian mengapa ia harus berbagi atau menunggu giliran, “Kalau kamu mau meminjamkan mainanmu, temanmu akan senang bermain denganmu.” Berikan juga pengertian mengapa anak harus menaati aturan sekolah, jelaskan dan tunjukkan bahwa teman-temannya pun dapat menaati aturan yang diberikan.
* Anak masih dilayani
Di rumah, dorong anak untuk melayani dirinya sendiri seperti makan, minum, pipis, memakai baju, meletakkan barang-barang pada tempatnya. Di sekolah guru juga harus kompak melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan orangtua.
* Anak tidak mau/bisa mengikuti pelajaran
Secara bertahap, kenalkan anak pada aktivitas belajar yang menyenangkan. Kaitkan materi belajar dengan hal-hal yang disukai anak. Kalau ia menyukai mobil-mobilan, ajarkan berhitung dengan menggunakan gambar-gambar mobil.
* Anak masih ditunggui
Secara bertahap latih anak agar dapat mengikuti aktivitas belajar secara mandiri. Jika di minggu pertama anak masih ditunggui di kelas, maka di minggu berikutnya orangtua menunggu di luar kelas, minggu selanjutnya orangtua tidak perlu menunggu. Lakukan dengan konsisten dan tenang. Selain itu, guru harus bisa menjadi orang yang dapat dipercaya oleh anak. Dia harus mampu menjadi wakil orangtua selama anak dalam pengawasannya. Tentu di sini guru juga harus menegakkan aturan tegas pada orangtua yang “lembek,” yang masih mengikuti kemauan anaknya terus.