Tidak memberi perhatian kala anak berteriak, menangis berguling-guling, dan melempar-lempar barang (asalkan tidak berbahaya) sebenarnya merupakan cara efektif menghadapi amukan anak. Jadi, bila si kecil mencari perhatian (caper) dengan melakukan berbagai tindakan negatif, bergeminglah. Sekali kita memberinya perhatian (entah itu dengan memarahi, menghibur, atau mengabulkan permintaannya), anak akan merasa berhasil menarik perhatian lingkungan dengan cara menangis dan mengamuk. Jadi, perhatian apa pun bentuknya akan dianggap sebagai penghargaan (reward). Ia merasa berhasil jika lingkungan memerhatikan aksinya.
Lebih dari itu, anak-anak prasekolah menganut pleasure principle atau prinsip mengulang-ulang kembali sesuatu yang menyenangkan baginya. Berarti jika aksi meraung-raung itu menjadi pusat perhatian akan timbul rasa senang pada anak yang kemudian mendorongnya untuk mengulang tindakan (negatif) yang sama.
Sebaliknya, jika anak gagal merebut perhatian lingkungan dengan caranya itu, ia akan mencari cara lain yang lebih efektif. Ketika anak mencoba menarik perhatian dengan cara yang baik, inilah momen tepat bagi orangtua untuk menunjukkan perhatian dan memberinya pemahaman bahwa perilaku positiflah yang akan membawa perhatian baginya.
Perilaku caper perlu ditangani secara serius. Pengabaian perilaku tersebut akan mendorong anak untuk terus mencari cara (yang tidak sehat) demi merebut perhatian orangtua (orang lain). Perilaku caper juga menandakan adanya ketidaknyamanan yang dirasakan oleh anak. Pada akhirnya, ketidaknyamanan ini dapat menghambat anak mengembangkan kreativitas, kecerdasan, dan kemampuannya secara optimal. Mengapa? Karena sebentar-sebentar anak marah-marah dan selalu berpikir bagaimana caranya mendapatkan perhatian.
Yang mengkhawatirkan, perilaku negatif merupakan perilaku yang kerap efektif bagi anak untuk mencari perhatian orangtua/orang lain. Padahal, jika ia terbiasa melakukan hal itu, citra negatif akan melekat padanya, dan yang paling kita takutkan, ia akan menganggap perilaku negatif itu sah-sah saja dilakukan.
Tidak ada batasan usia kapan perilaku caper akan hilang. Semua ini tergantung dari cara penanganan dan cara orangtua memperlakukan anak. Namun yang pasti perilaku caper akan hilang jika sang buah hati sudah menemukan cara positif bagaimana memperoleh perhatian. Ini pun tergantung pada seberapa konsisten kita memberikan perhatian pada perilaku yang positif, tidak melulu pada yang negatif.