Tabloid-Nakita.com - Kenapa anak suka memainkan kelamin? Oleh Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisis, tahapan anak memainkan alat kelamin ini disebut fase anal phallic. Jadi kalau pada masa bayi, kenikmatan anak terletak di mulut (fase oral) lalu beralih ke dubur (fase anal), maka pada anak-anak 3-6 tahun, kenikmatannya mulai berganti pada alat kelaminnya,” papar Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si.
Baca : Heboh Anak Meninggal Karena Makan Permen
Sesuai tonggak perkembangannya pun, mulai umur 3 tahun, anak-anak akan tertarik pada sesuatu yang berkaitan dengan jenis kelamin, ditunjukkan dengan perilaku banyak bertanya, apa itu penis, apa itu vagina, mengapa alat kelaminku berbeda dengan punya kakak/adik dan lainnya. Rasa keingintahuan itu jugalah yang mendorong mereka bereskplorasi hingga pada suatu saat melakukan “penelitian” pada penis/vaginanya. Lalu apa yang harus dilakukan orangtua saat ”memergoki” anaknya memainkan kemaluannya?
- Berusahalah tenang dan ajukan pertanyaan seolah-olah hal itu bukan masalah besar. ”Kakak pegang-pegang vagina/penis kenapa? Gimana rasanya?” Ada anak yang akan berkata terangan-terangan dan ada anak yang malu, lalu menghindari dari pertanyaan semacam itu.
- Beri si prasekolah penjelasan bahwa memegang-megang alat kelamin tidak diperbolehkan berkaitan dengan tangannya yang mungkin kotor sehingga perilakunya itu bisa mengakibatkan infeksi. ”Infeksi bisa membuat kalau Kakak pipis jadi sakit lo.”
- Jangan melarang tanpa alasan jelas. ”Pokoknya Kakak enggak boleh melakukan itu lagi ya!” Larangan ini hanya akan membuat anak kebingungan. Kenapa hal itu enggak boleh dilakukan padahal bisa menimbulkan kenikmatan bagi saya? Dampaknya, anak justru penasaran ingin melakukannya lagi dan memainkan alat kelaminnya secara sembunyi-sembunyi.
- Jangan memberi hukuman, apalagi hukuman fisik. Hukuman fisik (terlebih tanpa disertai alasan) akan membuat anak bingung di mana letak kesalahannya.
- Penjelasan yang diberikan memang tidak akan serta-merta membuat anak menghentikan perilakunya itu. Karena itu, sebaiknya selalu awasi anak. Ketika ia mulai memainkan genitalianya, alihkan perhatiannya dengan memberi anak berbagai aktivitas menarik. Kurangnya aktivitas hanya akan membuat pikirannya terdorong ke sana karena perilaku itu biasa dilakukan ketika anak sendirian, atau ketika ada waktu kosong.
Baca juga : Bayi Tidak Perlu Bantal Saat Tidur