Anakku Alergi Obat

By Ipoel , Selasa, 19 Januari 2016 | 05:56 WIB
Anakku Alergi Obat (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - "Anakku alergi obat," begitu keluh seorang ibu. Kejadian alergi obat umumnya dianggap awam sebagai ketidakcocokan obat. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah  obat tersebut memancing reaksi daya tahan tubuh yang berlebihan/sangat kuat sehingga menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan, antara lain batuk yang makin menjadi, bentol di kulit, dan gatal-gatal. Menurut Dr. Mulyono Wirjodiardjo, Sp.A(K), Ph.D., dari RS Internasional Bintaro, setiap anak—baik yang mempunyai bakat alergi maupun tidak—tetap memiliki risiko mengalami alergi obat. Bisa saja terjadi, anak yang awalnya tak bermasalah dengan konsumsi obat A, di lain waktu tubuhnya alergi terhadap obat yang sama. Penyebabnya adalah kondisi tubuh yang sedang tidak fit, sehingga sistem daya tahan tubuhnya bereaksi berlebihan terhadap obat yang dikonsumsi. Dengan kata lain, kemunculan alergi obat yang pertama kali tak bisa diduga sama sekali.

Baca juga : 8 tanda anak mengalami alergi

Obat-obatan yang dapat menimbulkan reaksi alergi cukup beragam. Antibiotik, terutama golongan penisilin dan sulfa adalah dua di antaranya. Obat penurun panas dan antikejang pun tercatat dapat memicu alergi. Begitu pula vaksin yang diberikan kepada anak. Selain itu, ada pula obat-obatan yang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan, semisal rontgen, yang dapat menimbulkan alergi. Obat yang biasanya disuntikkan ini dapat memancing reaksi cukup berat karena langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Alergi obat bisa juga diakibatkan oleh konsumsi lebih dari satu jenis obat dalam satu waktu. Saat anak makan satu jenis obat saja, mungkin tidak timbul masalah. Tetapi begitu dikombinasikan dengan beberapa obat, contohnya antibiotik dengan penurun panas, lalu timbul alergi. Alergi bisa juga terjadi bila mengonsumsi obat medis dengan jenis herbal.

Baca juga: Tangani alergi anak dengan tepat

Kejadian alergi obat pada anak terkadang tidak disadari oleh orangtua. Kondisi inilah yang pada akhirnya memperburuk keadaan anak. Apalagi untuk jenis antibiotik, obat yang sudah diresepkan  harus dihabiskan. Padahal, jika tidak dihentikan akan memperparah reaksi alergi yang timbul. Reaksi paling ringan, umumnya berupa kemerahan dan gatal di kulit. Kemunculannya bisa seketika atau setelah beberapa kali mengonsumsi obat tersebut. Reaksi dikatakan berat jika sampai menyebabkan sesak napas (anafilaksis) atau syok (anak tampak lemas, tekanan darahnya turun, jantung berdebar keras, hingga tidak sadarkan diri).

Baca juga: Anak alami alergi hawa dingin. Ini kiat mengatasinya

Pada buku berobat anak tuliskan, “ALERGI OBAT” dengan huruf yang besar-besar. Saat anak dinyatakan alergi obat tertentu, maka hal itu berlaku seumur hidup. Dokter  akan mengambil jalan paling aman dengan tidak memberikan obat dengan bahan yang sama kepada pasien. Penanganan pertama tentulah segera menghentikan penggunaan obat tersebut meskipun sebelumnya dokter berpesan harus dihabiskan. Setelah itu, bawa anak ke dokter (boleh sama atau  berbeda) beserta obat-obatan yang sedang dikonsumsi anak. Biasanya dokter tahu obat mana yang sering menyebabkan alergi dan menggantinya dengan obat lain yang berkhasiat sama tetapi kandungannya berbeda. Gejala alergi akan dibantu diredakan dengan obat antialergi atau dibiarkan berhenti dengan sendirinya. Bila kondisinya berat, biasanya dokter akan memberi suntikan adrenalin atau antihistamin. Penting diingat, alergi obat tidak bisa ditangani sendiri di rumah. Apalagi bila reaksi yang terjadi cukup berat. Karena itu segera bawa ke dokter untuk penanganannya.