Tabloid-Nakita.com - Apakah bayi Mama mengerang kesakitan dan menjadi rewel kala pup? Apakah tinjanya tampak kering dan berbentuk butiran kecil-kecil? Bila ya, berarti bayi mengalami sembelit alias sulit buang air besar. Bahkan, ada pula yang disertai darah pada tinja ataupun terdapat cairan yang keluar di antara tinja dan rektum.
Sembelit pada bayi dibedakan menjadi 2, yakni yang fungsional dan patologis. Penyebab fungsional adalah ketidakseimbangan dalam mengonsumsi makanan, seperti kurangnya komposisi serat dan air. Untuk itu, sembelit kerap terjadi pada bayi yang mulai diperkenalkan makanan tambahan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyebab patologis adalah kelainan pada sistem metabolisme tubuh, seperti: kelainan pada persarafan sebagian segmen usus (hirschsprung), gerakan peristaltik usus yang kurang sempurna, dan lain-lain.
Meskipun biasanya anak pup secara teratur, jadwal pupnya bisa saja berubah. Ada bayi ASI yang pup setiap habis disusui, ada pula yang butuh waktu lebih lama untuk pup. Pup yang teratur tanda anak cukup makan, dan membuang sisanya.
"Tinja bayi sembelit tidak cair, berbutir, atau seperti adonan, tetapi lebih seperti bola-bola tanah liat," jelas Jane Morton, MD, profesor pediatri di Stanford University School of Medicine. "Meskipun begitu, sangat jarang bayi yang mendapat ASI eksklusif mengalami sembelit."
Ketika memberikan MPASI, Mama perlu bersiap dengan perubahan frekuensi, bentuk, dan warna tinja bayi. Rata-rata, bayi usia 0 sampai 4 bulan pup tiga sampai empat kali sehari. Setelah mengonsumsi MPASI, frekuensi pupnya berkurang menjadi satu atau dua kali sehari.
Ketika bayi tidak kunjung pup, Mama bisa menduga bahwa itu tanda bayi sembelit. Jika bayi tidak mengeluarkan tinja berwarna kuning cerah sampai lima hari, bisa dipastikan ada sesuatu yang salah. Entah itu pada ASI atau susu formula yang dikonsumsinya, tambah Dr. Morton. Biasanya, karena bayi tidak mendapatkan cukup makanan.
Tanda bayi sembelit juga tidak hanya dilihat dari frekuensinya. Ciri-ciri bayi sembelit juga bisa diketahui dari pupnya yang keras dan sulit keluar. Tinja yang lebih keras bisa meregangkan dinding anus, sehingga menyebabkan perdarahan.
(Utami Sri Rahayu/Dini/Parents)