"Riset mengungkapkan perbedaan perilaku anak dimulai sejak bayi, dan perbedaan-perbedaan tersebut bisa memengaruhi perilaku yang berdampak pada risiko kesehatan di masa depan," papar
Para peneliti mengukur keinginan anak untuk dihibur dan dipeluk dengan menanyakan pada orangtua, seberapa sering anak mereka meringkuk dalam pelukan orangtua sebelum menyelesaikan makanannya.
"Kami mendapati bahwa bayi yang memiliki nilai lebih tinggi pada keinginan tersebut -dari ekspresi bayi saat digendong dan dipeluk- memiliki penguatan makanan yang lebih rendah," jelas Dr. Kong.
Itu artinya, mereka mau lebih aktif untuk mendapat imbalan yang bukan berupa makanan. Jadi bayi yang menikmati dipeluk erat oleh pengasuhnya tidak begitu termotivasi untuk mendapatkan makanan.
Sementara itu, bayi yang kurang suka dipeluk dan butuh waktu lebih lama untuk memulihkan diri dari kecemasan, mau berusaha lebih keras untuk mendapatkan makanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para peneliti mengidentifikasi cara-cara baru untuk mendorong pola makan yang lebih sehat pada bayi.