Problem Seputar Tekstur MPASI yang Sering Terjadi

By Dini, Rabu, 10 Agustus 2016 | 00:08 WIB
Problem Seputar Tekstur MPASI yang Sering Terjadi (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Mengolah makanan pendamping ASI (MPASI) memang membutuhkan trik tersendiri. Tak hanya agar cita rasanya tidak terlalu tajam untuk bayi, tetapi juga agar teksturnya pas.

Tekstur MPASI harus disesuaikan dengan usia anak, karena organ pencernaan bayi awalnya masih terbatas. Selain itu, tekstur MPASI juga perlu disesuaikan dengan masa pertumbuhan gigi anak. Tetapi membuat tekstur MPASI yang pas dirasa sulit karena bayi menolak makan, sehingga Mama terdorong untuk lebih banyak memberikannya susu.

Ingin tahu, apa saja problem seputar tekstur MPASI yang sering terjadi?

Makanan dibuat cair karena bayi belum tumbuh gigiSeperti kita tahu, pertumbuhan gigi setiap anak bisa beda waktu meski masih periode usia yang sama. Rata-rata gigi pertama tumbuh sekitar usia 5 bulan. Meskipun bayi sudah memasuki usia 6 bulan dan belum punya gigi, tetap harus dilatihkan makanan bertekstur lembut, yaitu bubur saring. Menu itu juga sebenarnya tak perlu dikunyah alias langsung ditelan. Cara lain yang bisa dilakukan, meskipun misalnya bayi belum tumbuh gigi sampai usia 7 bulan, diberi finger food untuk merangsang pertumbuhan gigi. Jadi, bukan suatu alasan bila bayi belum punya gigi terus hanya diberi susu.

Memberi makanan yang lembut saja supaya bayi mudah makanPemberian makanan harus dilakukan secara bertahap, dari segi tekstur, jumlah, dan frekuensinya. Bayi usia 6 bulan berada pada masa transisi dari ASI menuju MPASI, tak bisa langsung makan tiga kali sehari. Awalnya mungkin satu kali sebanyak satu sendok dengan menu bubur beras tambah ASI, esoknya dua sendok, dan seterusnya.

Selanjutnya, bila dirasa sudah nyaman untuk makan, bayi mendapat menu yang lain, misal, ditambah buah pisang. Itu pun hanyasatu dalam sehari. Bukan berarti pagi, siang dan malam perlu mendapat buah. Jadi, pemberian MPASI dilakukan bertahap dari satu kali sehari, dua kali, sampai akhirnya tiga atau empat kali. Di sisi lain, ASI terus diberikan hingga anak berusia 2 tahun.

Supaya bayi makan banyak, makanannya diblender sajaUpaya ini tentu tidak mendidik. Bukankah pada akhirnya tujuan pemberian makan adalah anak kelak dapat mengonsumsi makanan padat seperti halnya kita? Bila makanan selalu diblender, risikonya anak jadi mengemut makanan. Proses makan yang diharapkan selesai dalam 30 menit justru jadi 2 jam. Makan yang harusnya bisa satu mangkuk hanya berhasil tiga sendok. Alhasil, bila hal ini terus berlanjut anak jadi kurang gizi.

Makanan kasar selalu dimuntahkan si bayiUntuk mendapatkan bubur dengan tekstur sedikit kasar, gunakan saringan kawat. Penggunaan blender saat membuat MPASI untuk bayi usia 7-8 bulan tidak disarankan karena tekstur yang dihasilkan akan sangat halus. Akibatnya, bayi justru tidak belajar mengenal tekstur yang sedikit lebih kasar. Tahapan ini harus dilalui oleh bayi. Bila bayi menolak atau memuntahkan makanan yang agak kasar ini, hentikan dulu sebentar. Namun esok hari perlu dicoba lagi perlahan-lahan. Jika proses makan ini tidak berhasil dilalui, bayi jadi tidak terlatih mengunyah dengan baik.

Nah, itulah masalah seputar tekstur MPASI yang kerap terjadi. Tak perlu putus asa, Mam. Si kecil pasti akan bisa melaluinya.

Narasumber: Pritasari, SKM, MSc., Pemerhati Gizi dari Politeknik Kesehatan JakartaAndi Sumardi, Ahli Gizi, UPT Puskesmas Ciawi, BogorIr. Hindah Muaris, ahli Teknologi Pangan, gizi dan kuliner dari IPB

(Hilman/Irfan/Saeful/Utami)