Berdasarkan data WHO, seorang bayi prematur meninggal setiap 31 detik. Di Indonesia, sekitar 30-40 persen bayi meninggal karena prematur. Kondisi ini tentu memprihatinkan. Memang penanganan bayi prematur perlu dilakukan secara khusus, terkait organ tubuh yang belum berkembang baik sehingga risiko mengalami gangguan kesehatan begitu tinggi bahkan risiko meninggal.
Adapun upaya penanganan pada bayi prematur adalah:
-Berada dalam inkubator
Untuk mencegah hal yang tak diinginkan yang fatal, bayi perlu mendapat penanganan yang tepat yaitu dengan inkubator, terutama bayi bagi yang lahir di bawah 35 minggu. Mereka membutuhkan suhu yang stabil sekitar 36,5 hingga 37,5 derajat selsius. Selain memberikan dukungan suhu yang optimal yaitu untuk mencegah hipotermia (tubuh kedinginan) atau hipertermia (tubuh kepanasan) alat ini juga menyuplai oksigen agar pernapasan si kecil stabil. Bayi mendapat tindakan infus untuk mencegah risiko hipotermia. Sedangkan untuk menangani masalah paru-paru yang belum matang dilakukan pemberian oksigen juga obat. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan retina mata agar risiko kebutaan dapat dicegah.
-Metode kangguru
Untuk mempertahankan suhu tubuh bayi prematur, selain inkubator bisa dilakukan dengan cara metode kangguru. Metode kangguru merupakan cara paling efektif dan ekonomis untuk menghangatkan bayi. Caranya, bayi diletakkan di dada/dekapan mama sehingga terjadi kontak kulit dengan si kecil atau skin to skin contact.
Tubuh mama berfungsi sebagai inkubator otomatis yang akan menyerap panas si kecil bila ia kepanasan dan akan menyalurkan panas tubuh bila bayi Kedinginan.
Metode ini dapat memberikan rasa hangat bagi bayi prematur sehingga mencegah risiko hipotermia. Bahkan dengan metode kangguru, bayi akan memiliki insting lantaran bisa merasakan detak jantung mama serta mencari sendiri puting susu. Untuk sang mama, dapat berdampak positif pada kondisi psikologis.