Bagaimanapun, tindakan amputasi masih menjadi momok bagi para pengidap diabetes. Apalagi tindakan amputasi ini tidak menjamin tuntasnya masalah, tetapi masih terdapat ancaman amputasi kembali (reamputasi).
Angka amputasi di RS Ciptomangunkusumo selama tahun 2012, menurut Dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD, sekitar 15-25 persen. "Baik itu amputasi minor yang mengenai jari-jari atau telapak kaki, dan amputasi mayor yaitu sampai ke area bawah lutut," ungkap Kadiv. Metabolik Endokrinologi Dept. IPD FKUI-RSCM ini, saat temu media di Jakarta, Rabu (30/10).
Sementara angka reamputasi, dari sekitar 200 pasien, 60 persennya menjalani reamputasi dalam dua tahun.
Kelainan pada kaki yang bisa berujung amputasi itu, terjadi akibat gula darah tidak terkontrol dalam jangka panjang. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kerusakan saraf (neuropati diabetik) serta masalah pembuluh darah.
Seperti halnya yang terjadi di pembuluh darah jantung, pembuluh darah di kaki juga bisa mengalami sumbatan sehingga suplai oksigen berkurang. Akibatnya terjadi aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang selanjutnya menyebabkan jaringan di bawahnya tidak mendapat oksigen dan rusak.
Akibat gangguan aliran darah tersebut, kaki mudah infeksi atau dikenal dengan penyakit pembuluh darah perifer atau PAD (Peripheral Arterial Disease). PAD, hipertensi, dan merokok, dikatakan Dr. Yunir sebagai faktor risiko untuk reamputasi.
Untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah di kaki ini ada pilihan terapi berupa ballooning, yang bisa dilanjutkan pemasangan stent atau ring (cincin). Metode tersebut dapat menyelamatkan kaki dari ancaman amputasi.
Akan tetapi, bisa saja ada bagian di mana jaringan tidak bisa dipertahankan lagi, misalnya jari kaki, yang tetap harus dibuang.
Angka keberhasilan intervensi endovaskuler ini di RSCM berkisar 70 persen. "Dari 40 pasien kaki diabetik yang menjalani intervensi endovaskuler atau ballooning tadi, sekitar 30 persen berhasil dan lainnya harus amputasi karena mengalami sumbatan lagi," tambah Dr. Yunir.
Sumbatan yang terjadi setelah pemasangan stent tersebut sebetulnya dapat dihindari dengan patuh mengonsumsi obat anti pembekuan darah serta menjalani pola hidup sehat bagi pengidap diabetes, seperti pengaturan makanan, olah raga, dan edukasi.
Ditambahkan oleh Dr. dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD bahwa menjaga HbA1c di bawah angka 7, atau mengurangi 1 saja bisa menurunkan angka amputasi sampai 43 persen. "Misalnya HbA1c 9 diturunkan menjadi 8. Kalau bisa dikurangi di bawah 7 akan lebih bagus lagi," jelas Kepala Dept. IPD FKUI-RSCM ini.
Yang diharapkan tentunya bila orang sudah mengidap diabetes, tetap terhindar dari komplikasi serta dampak lebih lanjut. Supaya pengidap diabetes tetap sehat Dr. Yunir menganjurkan untuk mencari pengetahuan sebanyak mungkin tentang diabetes (edukasi), menganut diet sehat, olah raga teratur, patuh minum obat atau menggunakan insulin bila diperlukan, melakukan kebiasaan sehat seperti memeriksa kondisi kaki, juga kontrol ke dokter secara rasional.