Pelukan merupakan ungkapan kasih yang memiliki efek besar. Bukan hanya bersifat menenangkan, sentuhan fisik ini juga menimbulkan perasaan menyatukan, bahkan dapat menyembuhkan.Pada tahun 2011 Melly Puspita Sari mengalami perdarahan tidak biasa yang berlangsung sampai bulan Maret 2012. Ketika memeriksakan diri ke dokter ia divonis menderita kanker rahim. "Pada saat itu yang langsung terbayang adalah kematian. Saya lalu mengumpulkan anak-anak dan suami, kemudian saya meminta mereka memberikan saya pelukan setiap hari. Bergantian mereka memeluk saya setiap harinya," kata psikolog yang juga master trainer NLP ini.Sambil menjalani pengobatan kanker dan kekuatan pelukan yang didapatkannya dari orang-orang terdekat, dalam lima bulan Melly berhasil mengalahkan kankernya."Luar biasa, saya merasakan benar manfaat pelukan sebagai sebuah self-healing," kata penulis buku The Miracle of Hug ini.Dahsyatnya kekuatan pelukan juga dirasakan oleh Roostien Ilyas, aktivis sosial dan juga pemerhati anak. Dalam pengalamannya mendekati anak-anak jalanan atau anak-anak di tempat pengungsian, Roos merasakan bahwa pelukan adalah bentuk komunikasi non-verbal yang efektif."Di banyak tempat pengungsian, baik itu di daerah konflik atau korban bencana alam, cara pertama yang banyak dipakai para relawan dalam mendekati anak-anak adalah mengajaknya bermain lalu memberikan pelukan yang tulus. Meski kami tidak mengerti bahasa mereka, tapi pelukan akan membuat kebekuan menjadi cair," paparnya."Pelukan akan menentramkan hati anak-anak dalam keadaan yang khaos. Anak-anak juga bisa lebih terbuka dan menceritakan perasaannya setelah kita melakukan kontak fisik. Bisa berupa pelukan, menyentuh, atau menyisir rambut mereka. Itu saya alami saat menangani anak-anak korban gempa di Yogya," ujarnya.Melly menjelaskan, manusia memiliki kebutuhan fisik dan emosional. Memeluk akan memengaruhi munculnya perasaan penuh kasih sayang dan ketenangan. Anak-anak yang sering dipeluk juga akan tumbuh menjadi pribadi yang senang berbagi dan berempati pada sesamanya. "Pelukan adalah bahasa cinta paling kuat, bahkan lebih efektif untuk mengekspresikan perasaan daripada kata-kata," katanya.Tak heran jika pelukan sering disebut sebagai obat penyembuh luka fisik dan batin. Dalam pelukan ada unsur memberi, ketulusan, kehangatan, dukungan, dan rasa aman.Melly juga beberapa kali menemui anak yang dianggap bermasalah di sekolah sebenarnya adalah anak-anak yang haus akan kasih sayang. "Mereka jarang dipeluk dan mendapat ungkapan kasih sayang dari orangtuanya. Malah mereka sering mendapat kekerasan dari orangtuanya karena dianggap nakal," ujarnya.Kehangatan pelukan antara orangtua dan anak juga diketahui akan meningkatkan kecerdasan otak, merangsang keluarnya hormon oksitosin yang membuat perasaan tenang pada anak, serta mengurangi racun dari zat berbahaya di otak. "Anak akan merasa dicintai dan dihargai. Karena itu jangan segan untuk membiasakan memeluk anak, bukan hanya para ibu tapi juga para ayah," katanya.Meski begitu ajari juga anak untuk bisa memilah siapa yang boleh memeluknya. "Saat ini rawan kekerasan seksual pada anak, karena itu anak juga perlu tahu siapa yang boleh menyentuhnya," imbuhnya.Tetapi tak bisa dimungkiri semakin besar usia anak, biasanya mereka malu dipeluk orangtuanya. Untuk itu orangtua bisa menggantinya dengan sentuhan fisik lain yang memiliki makna sama, misalnya mengusap kepala, menepuk bahu, atau menggenggam tangan.
Sumber: KOMPAS
Editor :
Lusia Kus Anna