Sebagai usaha pencegahan terjangkitnya bayi dari penyakit yang berbahaya, sejak 1977 pemerintah Indonesia mencanangkan program imunisasi untuk setiap bayi di Indonesia, disebut program imunisasi wajib, yakni imunisasi yang harus diberikan pada anak sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Nah, berikut ini imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi.
1. Imunisasi BCG
Bertujuan mencegah penyakit TB (tuberkulosis). Bisa diberikan sejak bayi baru lahir, namun paling efektif saat bayi usia 1—2 bulan. Imunisasi BCG diberikan sekali dan tak perlu diulang (kecuali kalau gagal), antibodi akan terus ada seumur hidup. Diberikan dengan cara disuntikkan menyusur kulit, umumnya di lengan kanan atas. Satu-dua bulan setelah disuntik terdapat luka kecil yang tak jarang hingga bernanah. Jangan khawatir karena itu merupakan tanda pemberian imunisasi BCG berhasil, selain munculnya benjolan kecil. Apabila tak muncul benjolan, imunisasi harus diulang sebelum anak berusia 1 tahun.
Selain karena cara penyuntikan yang salah, imunisasi bisa gagal (tidak jadi) lantaran daya tahan tubuh anak kurang bagus atau anak kurang gizi. Tubuh anak yang kurang gizi atau daya tahannya tidak bagus, tidak akan mampu membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan untuk membuat zat anti. Umumnya imunisasi BCG tidak menyebabkan efek samping, yang terjadi adalah pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya akan sembuh sendiri.
2. Imunisasi Hepatitis B
Bertujuan mencegah kerusakan hati. Diberikan sebanyak 3 kali, suntikan pertama pada 12 jam setelah kelahiran, suntikan kedua saat usia 1 bulan, suntikan ketiga di usia 6 bulan. Pada anak, suntikan diberikan intramuskuler di lengan, sementara pada bayi lewat anterolateral paha. Bila ibu terbukti mengidap hepatitis B, diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B sebelum 24 jam, selanjutnya bayi mendapat imunisasi hepatitis B pada 24 jam setelah lahir, jadwal berikutnya sama dengan anak lain.
Meski sangat jarang, pada beberapa anak mungkin akan muncul keluhan nyeri di bekas suntikan yang disertai demam ringan. Jangan khawatir karena reaksi ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1—2 hari. Imunisasi ini tidak dapat diberikan pada anak yang sedang sakit berat. Pada ibu hamil, imunisasi ini bisa diberikan dengan keuntungan ganda, selain melindungi ibu, juga melindungi janin selama dalam kandungan maupun bayi sampai beberapa bulan setelah lahir.
3. Imunisasi DPT
Bertujuan mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus (DPT). Imunisasi ini diberikan sebanyak 5 kali. DPT I sampai III harus diberikan sebelum bayi berusia setahun, umumnya di usia 2 bulan (DPT I), usia 4 bulan (DPT II), dan usia 6 bulan (DPT III). Berikutnya, DPT IV diberikan di usia 18 bulan dan DPT V di usia 5 tahun. Kemudian, di usia 12 tahun, anak bisa mendapat suntikan TT (Tetanus Toksoid).
Setelah imunisasi DPT, reaksi yang umum terjadi, anak akan merasa tangan/kaki pegal, kelelahan, kurang nafsu makan, muntah, rewel, dan demam. Ada yang demamnya biasa, namun pada beberapa anak muncul demam tinggi (37,5°C—40°C). Orangtua tak perlu khawatir karena demam ini akan turun dalam waktu 1—2 hari setelah diberikan obat penurun demam. Akan tetapi, kalau setelah 2 hari tak kunjung turun atau anak mempunyai riwayat kejang, segera bawa ke dokter. Bisa juga memilih menggunakan vaksin DPT asesuler dengan dampak efek samping demam lebih minimal, terutama bagi yang punya riwayat kejang. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat epilepsi.
4. Imunisasi Polio
Sesuai dengan namanya, imunisasi polio bertujuan mencegah penyakit polio. Imunisasi polio diberikan dengan cara suntikan (Inactived Poliomyelitis Vaccien/IPV) atau melalui mulut (Oral Poliomyelitis Vaccien/OPV). Khusus untuk di Indonesia, imunisasi polio hanya diberikan dengan cara oral. Imunisasi polio diberikan 6 kali; pertama diberikan saat lahir, selanjutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan. Selepas usia bayi, diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Biasanya diberikan berbarengan dengan imunisasi DPT.