Penanganan Tifus Pada Bayi

By Ipoel , Minggu, 27 Januari 2013 | 22:00 WIB
Penanganan Tifus Pada Bayi (Ipoel )

Selain melihat gejala, untuk menegakkan diagnosis tifus yang akurat, dokter boleh jadi akan melakukan berbagai pemeriksaan. Salah satunya tes widal. Tes widal umumnya dilakukan pada hari ke-5 dan 6 setelah bayi menunjukkan berbagai gejala tersebut. Dengan kombinasi tes widal dan deteksi gejala, penyakit tifus dapat dideteksi. Tes Widal juga dapat mendeteksi penyakit paratifus, sebuah penyakit dengan gejala mirip tifus tetapi lebih ringan. Paratifus disebabkan bakteri Salmonella paratiphy. Sedangkan tifus disebabkan bakteri Salmonella typhi.

Selain tes widal, ada tes yang lebih akurat, yaitu tes TUBEX(R) yang merupakan tes imunologi dengan menggunakan partikel berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut pada tifus. Beberapa penelitian menyimpulkan, tes ini mempunyai sensitivitas lebih baik daripada uji widal. Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang. Meski begitu, tes ini hanya dapat mendeteksi penyakit tifus, tapi tidak paratifus yang kerap menyertai tifus.

Tes yang lebih akurat lagi adalah pembiakan kuman dari darah, urine, feses, sumsum tulang, atau cairan lainnya. Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid. Media pembiakan yang direkomendasikan untuk S. typhi adalah media empedu. Ini karena S. typhi dan S. paratyphi dapat tumbuh pada media tersebut. Namun, tes biakan kuman sebaiknya dilakukan sebelum bayi diobati dengan antibiotik. Meski sangat akurat dan dapat mendiagnosis tifus maupun paratifus, diagnosis biakan kuman membutuhkan waktu lama (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih guna identifikasi bakteri sehingga tidak praktis.

Pengobatan

Pengobatan tifus pada bayi tidak jauh berbeda dari oengobatan pada anak atau orang dewasa. Pengobatan dilakukan untuk meniadakan invasi kuman dan mempercepat pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, dan mempercepat penyembuhan. Dokter pun akan memilih antibiotik yang tepat untuk bayi, biasanya kloramfenikol selama 10 hari. Namun, beberapa dokter ada yang memilih antibiotik lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien.

Selain itu, bayi juga dianjurkan makan dan minum dengan kandungan nutrisi dan porsi yang cukup. Masak hingga bahan makanan lunak. Pilih bahan yang tidak menimbulkan banyak gas.

Penularan penyakit tifus dari ibu bisa terjadi pada bayi yang masih dalam kandungan. Kuman tifus sangat mudah menembus dinding-dinding barier organ-organ tubuh. Salah satu cirinya, bayi mengalami kejang-kejang beberapa jam atau beberapa hari sesudah lahir.  Nah, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar ibu tetap sehat dan janin/bayi terbebas dari kuman, yaitu: