Periset juga mengkategorikan pertengkaran menjadi verbal non verbal, dengan mengkhususkan hal-hal seperti tatap mata yang dramatis atau kritik terhadap pasangan.
Setelah itu, periset membandingkan sampel darah setiap pasangan yang diambil sebelum dan sesudah pertengkaran terjadi.
BACA JUGA: Vicky Shu Unggah Foto Dengan Putranya, Warganet Salah Fokus Kesini!
Hasil riset menemukan mereka yang menunjukan perilaku pertengkaran selama diskusi memiliki tingkat biomarker, atau indikator tingkat keparahan suatu penyakit, yang menunjukkan masalah pencernaan.
Biomarker tersebut berupa adanya protein pengikat lipopolisakarida.
Tingkat biomarker bahkan sangat tinggi pada mereka yang memiliki riwayat depresi atau gangguan moodlainnya.
"Kami pikir bahwa masalah pernikahan sehari-hari - setidaknya bagi sebagian orang - menyebabkan perubahan dalam usus yang mengarah pada peradangan dan, berpotensi menyebabkan penyakit," papar Janice Kiecolt-Glaser, selaku pemimpin riset.
BACA JUGA: Jadi Pose Foto Andalan, Rupanya Ini Alasan Mengapa Atlet Senang Menggigit Medali
Ia juga mengatakan penelitian sebelumnya menunjukkan, pertengkaran di antara pasangan dapat memperlambat waktu penyembuhan untuk luka dan meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan depresi.
Dengan mencari keberadaan biomarker yang terkait dengan bakteri dalam aliran darah, periset mampu menemukan bukti adanya masalah pencernaan, kondisi yang menyebabkan lapisan lebih permeabel.