Nah, mengingat begitu banyak manfaat yang bisa didapat bayi lewat aktivitas ini, maka sudah seharusnyalah orangtua mengakomodasi proses pembelajaran ini. Caranya?
- Berikan benda-benda yang menarik untuk diraih dan digenggam oleh bayi sebagai sarana latihan. Usahakan untuk memberikan aneka benda/mainan yang akan menghasilkan beragam suara saat jatuh. Dengan demikian stimulus pendengaran yang diperoleh si kecil menjadi sedemikian bervariasi. Ia akan menyadari bahwa ada bermacam-macam bunyi yang berasal dari aneka benda berbeda.
- Boleh-boleh saja memberikan contoh langsung bagaimana caranya menggenggam kemudian menjatuhkan benda yang tengah dipegangnya, meski pada dasarnya si kecil akan bisa melakukannya sendiri tanpa dicontohkan.
- Manfaatkan aktivitas ini untuk memperkaya kemampuan sensori. Caranya, asah taktil si kecil dengan memberikan benda-benda yang mudah dia genggam. Bentuknya boleh bulat, boleh juga kotak atau bentuk lain asalkan tidak membahayakan, semisal tajam pada bagian sudut-sudutnya.
- Cermati reaksi si kecil saat melakukan aktivitas ini. Kalau ketika menjatuh-jatuhkan dan mendapat respons dari lingkungan terdekat ia terlihat happy, orangtua tak perlu khawatir. Ia pasti menikmatinya sebagai permainan menyenangkan. Sebaliknya, orangtua mesti waspada kalau-kalau si kecil menderita gangguan autisme bila ia sekadar melempar/menjatuh-jatuhkan saja tiada henti namun sama sekali tak menikmatinya atau memberi respons apa pun.
- Jangan puas hanya menjadi penonton atau sebatas mengambilkan benda/mainan yang dijatuh-jatuhkan si kecil. Agar bisa mengoptimalkan proses belajar si kecil, orangtua justru harus ikut terlibat di dalamnya. Jadikan aktivitas ini sebagai interaktif games. Sesekali saat mengambilkan mainan/benda yang dijatuh-jatuhkannya, jangan berikan langsung tapi sembunyikan untuk beberapa saat dan biarkan si kecil belajar menemukannya sendiri. Bisa juga dimanfaatkan untuk mengenalkan konsep ruang. Katakan, “Yaaa... sendoknya jatuh deh ke lantai.” Jadi, jangan hanya bersikap pasif tanpa komentar apa pun atau malah bersungut-sungut saat terlibat dalam aktivitas ini.
- Sebutkan juga nama-nama benda/mainan yang dijatuhkan guna mengasah kemampuan berbahasanya. Ketika si kecil berceloteh, “Uh... ah... uh...”, orangtua bisa menimpalinya dengan mengatakan, “Oh, Adek mau bilang mainan bebeknya jatuh ya?” Semakin sering sebuah benda dijatuh-jatuhkan tentu akan semakin sering nama benda tadi disebut, sehingga semakin menempel dalam ingatan si kecil. Reaksi verbal serupa bisa juga ditunjukkan dengan mengatakan, “Eh... anak Mama tambah pintar ya, sudah bisa jatuh-jatuhkan kerincingan.”
- Kalau kelelahan fisik yang jadi kendala, batasi benda/mainan yang boleh dijatuh-jatuhkan. Setelah benda-benda tadi habis dijatuh-jatuhkan dan orangtua merasa lelah, boleh-boleh saja kok aktivitas ini dihentikan. Namun, sebaiknya alihkan perhatian si kecil ke aktivitas lain yang tak kalah menarik dan tak perlu menguras tenaga, seperti menyanyi atau membacakan cerita.
- Ingatlah, seberapa melelahkan dan membosankannya melayani si kecil melakukan aktivitas ini, selalu camkan di hati bahwa tahapan ini merupakan fase penting bagi proses pembelajaran anak. Jadi, usahakan untuk selalu memberi respons yang positif.