Pro Kontra Empeng

By Ipoel , Selasa, 3 Juli 2012 | 21:00 WIB
Pro Kontra Empeng (Ipoel )

Empeng, seperti namanya dalam bahasa Inggris yaitu pacifier memang difungsikan untuk menenangkan bayi. Perlu diketahui, bayi memiliki refleks mengisap dan tengah berada dalam fase oral (memperoleh kenikmatan dengan mengisap). Jadi, naluri mengisap pada bayi berguna sebagai pertahanan hidup sekaligus mendapatkan kenikmatan dan kenyamanan; suatu hal yang sudah pasti didapat saat ia mengisap puting susu ibunya. Bentuk empeng sengaja dirancang mirip puting susu ibu untuk memenuhi kebutuhan alamiah tadi.

Apa Kata Mereka Yang Pro?

Dalam buku What to Expect The Toddler Years karangan Arlene Eisenberg, Heidi E. Murkoff dan Sandee E. Hathaway (Simon & Schuster Ltd,USA, 2004) disebutkan, penggunaan empeng justru dianjurkan bagi bayi-bayi prematur maupun bayi-bayi yang kerap terserang kolik. Tujuannya, untuk menenangkan mereka. Empeng bisa memberikan hal bermanfaat untuk bayi, seperti:

Apa Kata Mereka Yang Kontra?

Sebaliknya, dari sudut pandang mereka yang berseberangan, salah satu alasan mengapa empeng tidak dianjurkan adalah karena empeng tidak dapat dijamin kebersihannya. Seringkali empeng yang jatuh ke lantai dipungut lalu dimasukkan lagi. Itu berarti memindahkan kuman langsung ke dalam mulut. Ada juga yang berpendapat, empeng bisa memengaruhi pertumbuhan lengkung rahang anak jika lama digunakan. Ketika anak sudah tumbuh gigi, adakalanya dia suka menggigit atau menarik empeng tersebut dengan giginya. Mungkin karena gemas. Tapi tekanan yang timbul dari gerakan ini bisa memengaruhi bentuk rahang dan gigi.

Begitu pula halnya, menurut Patricia Hamaguchi, penulis Childhood, Speech, Language, and Listening Problems:What Every Parent Should Know (Wiley Book, London, 2001), kebiasaan mengisap empeng terus menerus bisa menimbulkan masalah bahasa dan pengucapkan kata. Mengempeng membuat bayi/anak merasa tenang, sehingga ia lebih senang mengenyot daripada mengoceh.  Padahal dengan mengoceh, bayi belajar berbicara. Kebiasaan mengempeng pada anak, membuat anak malas berceloteh. Padahal dengan banyak bicara/berceloteh, anak belajar untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya.  Oleh karena itu, jangan berikan empeng pada saat bayi terjaga.  Dorong bayi untuk mengeksplorasi lingkungan sekelilingnya, ketika ia sedang terjaga.

Selain itu, ada pendapat yang menyatakan penggunaan empeng dapat menyebabkan bayi atau anak batita terkena infeksi telinga. Hal tersebut memang benar. Pasalnya aktivitas mengedot yang terjadi ketika bayi mengempeng dapat “menarik” cairan dari kerongkongan ke saluran tengah telinganya. Hal ini menyebabkan telinga si kecil lebih mudah terinfeksi bakteri. Teori lainnya adalah bayi-bayi bisa sakit akibat terpapar kuman-kuman yang mungkin ada pada empeng. Karenanya, bersihkan dan sterilkan empeng setiap hari dan jangan biarkan bayi maupun anak yang lain bermain-main dengan empeng tersebut. 

Juga kegiatan mengisap empeng ditakutkan akan terus melekat, bahkan hingga anak memasuki usia sekolah. Tentunya akan lebih sulit dihentikan jika sudah menjadi kebiasaan. Dampak yang timbul tidak hanya fisik tapi juga psikologis. Coba bayangkan bagaimana perasaan anak yang takut diejek karena masih mengisap empeng.