Astrid Satwika, Menjadi Mompreneur lewat Media Sosial

By Dini Felicitas, Jumat, 23 September 2016 | 08:00 WIB
Astrid Satwika rajin membacakan buku untuk putrinya, Rania. (Dini Felicitas)

Tabloid-Nakita.com - Mama yang senang mencari tips atau inspirasi mengenai parenting pasti mengenal sosok Astrid Satwika. Mantan model, presenter, dan pemain film ini sekarang memang lebih dikenal sebagai blogger dan vlogger. Ia memiliki 121.000-an follower di Instagram, 6.100-an subscriber di YouTube, yang konten-kontennya sangat menarik untuk diikuti. Tak heran, lewat media sosial ini akhirnya ia menjadi mompreneur dengan pendapatan yang cukup baik.

Padahal, awal perkenalannya dengan Instagram terjadi tanpa sengaja. Semuanya bermula ketika ia baru melahirkan putrinya, Rania Aishalina Kusumo, 24 Januari 2013 lalu. Seperti ibu-ibu baru lainnya, Astrid mulai mem-posting kegiatannya mengasuh bayi. Seiring pertumbuhan Rania, dan semakin teratur mem-posting foto-foto, ia mulai sering menerima komentar dari pembaca. Tak jarang follower-nya mengirim email atau SMS untuk menanyakan tips menyusui.

"Saya sempat merasa overwhelmed dengan kehadiran anak. Saya sampai punya tiga kulkas hanya untuk menyimpan ASI. Mereka (follower) bertanya, kok banyak banget ASI-nya? Makan apa sih (supaya ASI-nya lancar)? Karena saya suka barang-barang untuk bayi, mereka juga suka tanya beli di mana," kisah Astrid, saat berbagi dalam sesi "Who Run the World? Moms!" di Ideafest 2016, Jakarta Convention Center, Jumat (23/9).

Ia mengaku sempat kesulitan membagi waktu antara mengurus bayi dan mem-posting konten di media sosial. Apalagi, ia dan sang suami, Adi Kusumo, memutuskan untuk tidak lagi mempekerjakan asisten rumah tangga. Tetapi setelah tahu ritmenya, nge-blog jadi lebih mudah. Biasanya ia mencuri waktu untuk nge-blog atau nge-vlog setelah si kecil tidur, atau setelah disuapi.

"Aku senengnya ketika mulai nge-blog, banyak dapat komentar yang isinya panjang-panjang. Follower saling berkomentar, saya senang karena dapat komunitas baru untuk berbagi. Karena, mau tanya orangtua kan pengalamannya sudah beda," kilah perempuan kelahiran Jakarta, 9 Januari 1990 ini.

Nge-blog menjadi suatu keasyikan dan kebutuhan sendiri. Selain berceloteh mengenai pengasuhan anak, Astrid juga banyak menulis tentang kecantikan dan travel. Khususnya mengenai kecantikan, hal yang sudah diminatinya sejak usia 19 tahun. "Saya nge-blog setiap kali ada ide yang muncul di kepala, atau setiap ada request dari follower. Paling banyak tuh request tentang pengasuhan anak," ujar Astrid, sambil menambahkan bahwa penamaan sesi "Princess Talkshow" di Youtube merupakan ide dari putrinya.

Berkat postingan-nya yang inspiratif, banyak produk kecantikan serta perlengkapan ibu dan anak yang kemudian meng-endorse-nya di media sosial. Meskipun begitu, Astrid mencoba bersikap selektif dalam menerima penawaran endorsement. "Kalau ditawarin brand saya akan memilih apakah cocok dengan lifestyle dan karakter kita. Saya enggak mau ngasih fake review tentang produk yang sebenanya nggak mau saya pakai, atau nggak suka pakainya. Saya juga nggak akan ambil brand kompetitor," katanya.

Ia bersyukur karena kegiatannya selalu didukung oleh sang suami. Adi banyak membantu dalam hal riset brand, memutuskan apakah suatu penawaran perlu diambil atau tidak. Selain itu juga dalam penataan fotografi. Misalnya, sebaiknya lensa kamera apa yang dipakai untuk foto produk saja, dan lensa apa yang digunakan untuk foto produk yang menampakkan wajah.

Sang suami juga selalu siap bergantian mengurus Rania jika Astrid harus bekerja. "He's very hands on. Saya memang nggak bisa ninggalin anak sama si mbak saja. Untungnya ibu saya dan ibu mertua saya selalu siap membantu," katanya.

Astrid mengaku tak ingin ikut-ikutan blogger atau vlogger lain yang kerap mem-posting konten yang bernada kontroversial hanya untuk menarik banyak follower. Ia selalu berusaha membuat konten yang bermanfaat bagi follower-nya. Contohnya, memberi panduan mengenai produk kecantikan yang sesuai untuk kebutuhan kulit, atau berbagi tips mengenai mengajarkan anak senang dan cepat bisa membaca.

Ia berpesan untuk para mama yang senang berbagi di media sosial tentang kebahagiaan memiliki anak: seleksi dulu apa yang ingin Mama bagikan. Tak usah terlalu detail memberikan informasi mengenai hal-hal yang sangat pribadi.

"Saya enggak pernah mau share foto waktu anak masih kecil banget. Apalagi foto lagi mandi, karena sekarang banyak pedofil. Saya juga enggak akan memasukkan foto sekolah yang menampakkan logo sekolah. Lokasi sekolah dan rumah, sebaiknya dihindari," tukasnya.

Ternyata, nge-blog juga bisa menjadi kegiatan yang mengasyikkan, lho Mam. Bagaimana pun, Mama juga individu yang memiliki keinginan dan harapan tersendiri, di luar kewajiban mengasuh anak yang tidak terpisahkan. Berbagi sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, dan akhirnya memberikan penghasilan yang lumayan, bukankah ini juga membahagiakan?