Risiko Kanker Payudara yang Tak Bisa Dihindari

By Dini Felicitas, Selasa, 11 Oktober 2016 | 05:15 WIB
Ada beberapa faktor risiko kanker payudara yang tak bisa dicegah. (Dini Felicitas)

Tabloid-Nakita.com - Kanker payudara boleh dibilang sebagai penyakit yang tak terduga penyebabnya. Ada perempuan yang membawa faktor risiko, ternyata tidak mengalami kanker payudara. Sebaliknya, mereka yang terkena kanker payudara ternyata sebelumnya tidak diketahui membawa faktor-faktor risikonya (kecuali bahwa dirinya wanita dan usianya semakin bertambah). Dan ketika perempuan yang membawa risiko akhirnya mengidap kanker payudara pun, tidak diketahui faktor risiko manakah yang paling memengaruhi.

Apa pun, Mama memang perlu berhati-hati. Karena pada dasarnya, ada beberapa faktor risiko kanker payudara yang tidak bisa diubah, yaitu:

Semakin tua. Ketika usia Mama bertambah, risiko kanker payudara akan meningkat. Kanker payudara paling invasif penyebarannya ditemukan pada perempuan berusia 55 tahun ke atas.

Mewarisi gen-gen tertentu. Sekitar 5-10% kasus kanker payudara diperkirakan terjadi secara turun-temurun, atau hasil dari kelainan gen (mutasi gen) yang diwariskan oleh orangtua. Penyebab paling umum dari kanker payudara adalah mutasi dari gen BRCA1 and BRCA2. Dalam sel-sel normal, gen-gen ini membantu mencegah kanker dengan membuat protein yang membantu menjaga sel-sel agar tidak tumbuh abnormal. Versi mutasi dari gen-gen ini tidak bisa berhenti tumbuh abnormal, sehingga memicu kanker. 

Punya keluarga dengan riwayat kanker payudara. Sekitar 8 dari 10 perempuan yang mengalami kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tersebut, namun perempuan yang memiliki hubungan darah dekat dengan kanker payudara memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Memiliki keluarga dari garis pertama (ibu, saudara, atau anak) dengan kanker payudara hampir dua kali lipat. Perempuan yang ayah atau saudara laki-lakinya mengidap kanker payudara juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, kurang dari 15% perempuan dengan kanker payudara memiliki anggota keluarga dengan penyakit ini.

Punya jaringan payudara yang padat. Payudara terdiri atas jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan kelenjar. Yang memengaruhi kepadatan jaringan payudara adalah usia, status menopause, penggunaan obat-obatan tertentu (termasuk terapi hormon menopause), kehamilan, dan genetik. Mama bisa mengetahui apakah mempunyai jaringan payudara yang padat dari pemeriksaan mamogram, yaitu ketika terdapat jaringan kelenjar dan fibrosa lebih banyak daripada jaringan lemak.

Jika memiliki jaringan payudara yang padat, faktor risiko terkena kanker payudara  menjadi 1,2 sampai 2 kali lebih besar daripada perempuan dengan kepadatan payudara rata-rata. Susahnya, jaringan payudara yang padat bisa membuat hasil mamogram jadi kurang akurat.

Mulai menstruasi sebelum umur 12. Perempuan yang punya siklus menstruasi lebih banyak karena sudah mens di usia dini (sebelum umur 12 tahun), memiliki risiko kanker payudara sedikit lebih besar. Risikonya bisa saja meningkat karena paparan hormon estrogen dan progesteron yang lebih lama.

Menopause setelah umur 55. Perempuan yang mengalami mens lebih lama karena baru menopause setelah usia 55 tahun juga memiliki risiko kanker payudara lebih tinggi. Penyebab peningkatan risikonya sama, yaitu karena lebih lama terpapar hormon estrogen dan progesteron.

Punya riwayat pribadi kanker payudara. Maksudnya, kalau Mama sudah pernah terkena kanker payudara di satu payudara, risiko mengembangkan kanker yang baru di payudara yang lain, atau bagian lain dari payudara yang sama, meningkat. Ini berbeda dari kambuhnya kanker payudara dari kasus yang sama sebelumnya. Risikonya akan bertambah besar pada perempuan yang lebih muda dan pernah mengalami kanker payudara.

Karena Mama perempuan. Inilah risiko utama kanker utama yang tidak bisa diubah. Ya, hanya dengan berjenis kelamin perempuan maka Mama mendapatkan faktor risiko utamanya. Memang ada juga pria yang menderita kanker payudara, namun penyakit ini lebih umum terjadi di kalangan perempuan daripada laki-laki. Kemungkinan hal ini disebabkan kadar hormon estrogen dan progesteron (yang bisa memicu pertumbuhan sel-sel kanker) pada laki-laki lebih rendah.